Investor Kini Lebih Suka Dolar Singapura Ketimbang Rupiah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 November 2020 13:50
FILE PHOTO: A Singapore dollar note is seen in this illustration photo May 31, 2017.     REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Foto: Dollar Singapur (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat melawan rupiah pada perdagangan Jumat (27/11/2020), meski belum juga lepas dari rentang perdagangan kisaran Rp 10.490 sampai 10.550/SG$ sejak Jumat pekan lalu

Melansir data Refinitiv, dolar Singapura menguat 0,22% ke Rp 10.545,85/SG$ pagi tadi. Sementara pukul 12:33 WIB penguatan dolar Singapura terpangkas dan tersisa 0,02% saja di Rp 10.525,14/SG$ di pasar spot.

Dolar Singapura masih cukup perkasa, sebab perekonomiannya diprediksi bangkit tahun depan dan kemerosotan ekonomi tahun ini tidak seburuk prediksi sebelumnya.

Kementerian Industri dan Perdagangan Singapura kemarin merevisi pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) kuartal III-2020. Sebelumnya PDB dilaporkan mengalami kontraksi (tumbuh negatif) 7% year-on-year (YoY), kini direvisi menjadi negatif 4,8% YoY.

Meski masih mengalami resesi, tetapi kontraksi ekonomi yang dialami jauh membaik ketimbang kuartal II-2020 negatif 13,3% YoY.

Secara kuartalan, PDB periode Juli-September tumbuh 9,2% dibandingkan kuartal II-2020.

"Kinerja ekonomi Singapura yang membaik didukung oleh dimulainya kembali aktivitas secara bertahap pada kuartal ketiga setelah Circuit Breaker yang diterapkan mulai 7 April hingga 1 Juni 2020, serta rebound aktivitas di negara-negara ekonomi utama selama kuartal tersebut saat mereka keluar dari (aturan) penguncian," kata kementerian, dikutip dari CNBC International, Senin (23/11/2020). 

Circuit Breaker mengacu pada tindakan penguncian parsial negara yang bertujuan untuk menahan penyebaran virus corona. Singapura mulai mencabut beberapa batasan sejak awal Juni, dengan beberapa ketentuan tetap wajib dilakukan, seperti wajib memakai masker dan topi pada pertemuan.

Kementerian tersebut juga merevisi target PDB tahun ini, dari sebelumnya kontraksi 5%-7% menjadi 6%-6,5%. Sementara tahun depan, PDB diprediksi tumbuh antara 4% hingga 6%.

"Pemulihan ekonomi tahun depan diperkirakan akan bertahap, dan tergantung dari bagaimana kinerja perekonomian dunia, serta apakah Singapura mampu tetap mengontrol penyebaran pandemi penyakit virus corona (Covid-19)," kata kementerian tersebut.

Selain itu, survei dari Reuters kini menunjukkan investor lebih menyukai dolar Singapura ketimbang rupiah, dalam konteks berhadapan dengan dolar Amerika Serikat.

Hasil survei 2 mingguan Reuters menunjukkan investor mengambil posisi beli (long) dolar Singapura melawan dolar AS, begitu juga rupiah melawan dolar AS.

Survei dari Reuters tersebut menggunakan rentang -3 sampai 3. Angka positif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) terhadap dolar AS dan jual (short) terhadap mata uang Asia. Begitu juga sebaliknya, angka negatif berarti mengambil posisi short terhadap dolar AS dan long terhadap mata uang Asia.

Hasil survei yang dirilis Kamis (26/11/2020) menunjukkan angka untuk dolar Singapura -1,01 naik dari 2 minggu lalu -0,99. Sementara rupiah -0,92 turun dari 2 minggu lalu -1,01. Artinya investor kini lebih banyak mengambil posisi long dolar Singapura ketimbang long rupiah, padahal 2 pekan lalu kebalikannya.

Meski survei tersebut menunjukkan posisi dolar Singapura dan rupiah melawan dolar AS, tetapi bisa memberikan gambaran sentimen pelaku pasar lebih condong ke dolar Singapura ketimbang rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular