Kurs Dolar Singapura Bolak-Balik Terus di Kisaran Rp 10.500

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 November 2020 13:28
Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat melawan rupiah pada perdagangan Selasa (24/11/2020). Tetapi jika dilihat sejak Jumat pekan lalu, pergerakan dolar Singapura sebenarnya bergerak di situ-situ saja.

Melansir data Refinitiv, SG$ 1 setara Rp 10.532,98, dolar Singapura menguat 0,18% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara dalam 3 hari perdagangan terakhir, dolar Singapura bergerak di kisaran Rp 10.490 sampai 10.551/SG$.

Dolar Singapura sedang mendapat tenaga setelah perekonomiannya diprediksi bangkit di tahun depan, dan kemerosotan ekonomi tahun ini tidak seburuk prediksi sebelumnya.

Kementerian Industri dan Perdagangan Singapura kemarin merevisi pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) kuartal III-2020. Sebelumnya PDB dilaporkan mengalami kontraksi (tumbuh negatif) 7% year-on-year (YoY), kini direvisi menjadi negatif 4,8% YoY.

Meski masih mengalami resesi, tetapi kontraksi ekonomi yang dialami jauh membaik ketimbang kuartal II-2020 negatif 13,3% YoY.

Secara kuartalan, PDB periode Juli-September tumbuh 9,2% dibandingkan kuartal II-2020.

"Kinerja ekonomi Singapura yang membaik didukung oleh dimulainya kembali aktivitas secara bertahap pada kuartal ketiga setelah Circuit Breaker yang diterapkan mulai 7 April hingga 1 Juni 2020, serta rebound aktivitas di negara-negara ekonomi utama selama kuartal tersebut saat mereka keluar dari (aturan) penguncian," kata kementerian, dikutip dari CNBC International.

Circuit Breaker mengacu pada tindakan penguncian parsial negara yang bertujuan untuk menahan penyebaran virus corona. Singapura mulai mencabut beberapa batasan sejak awal Juni, dengan beberapa ketentuan tetap wajib dilakukan, seperti wajib memakai masker dan topi pada pertemuan.

Kementerian tersebut juga merevisi target PDB tahun ini, dari sebelumnya kontraksi 5%-7% menjadi 6%-6,5%. Sementara tahun depan, PDB diprediksi tumbuh antara 4% hingga 6%.

"Pemulihan ekonomi tahun depan diperkirakan akan bertahap, dan tergantung dari bagaimana kinerja perekomian dunia, serta apakah Singapura mampu tetap mengontrol penyebaran pandemi penyakit virus corona (Covid-19)," kata kementerian tersebut.

Di sisi lain, rupiah juga sedang cukup kuat setelah transaksi berjalan Indonesia membukukan surplus untuk pertama kalinya dalam 9 tahun terakhir. Surplus transaksi berjalan tersebut dapat memberikan dampak positif bagi stabilitas nilai tukar rupiah.

Bank Indonesia (BI) pekan lalu merilis data transaksi berjalan (current account) kuartal III-2020 yang surplus sebesar US$ 1 miliar atau 0,4% dari PDB.

Transaksi berjalan sudah mengalami defisit sejak kuartal IV-2011, Kala defisit membengkak, Bank Indonesia BI akan menaikkan suku bunga guna menarik investasi yang diharapkan dapat mengimbangi defisit transaksi berjalan, dan menjaga kinerja rupiah.

Tetapi aliran investasi cenderung masuk dan keluar dengan mudah, sehingga stabilitas rupiah bnisa menjadi terganggu. Selain itu kala suku bunga dinaikkan, suku bunga perbankan tentunya ikut naik, sehingga beban yang ditanggung dunia usaha hingga rumah tangga akan menjadi lebih besar. Akibatnya, investasi hingga konsumsi rumah tangga akan melemah, dan roda perekonomian menjadi melambat.

Sehingga ketika transaksi berjalan akhirnya surplus, suku bunga bisa diturunkan, dan roda perekonomian bisa berputar lebih kencang. Rupiah juga bisa lebih dijaga stabilitasnya, yang membuat kurs dolar Singapura naik turun dalam 3 hari perdagangan terakhir.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular