
BRI Insurance Bertransformasi Digital & Bangun Ekosistem

Jakarta, CNBC Indonesia- Digitalisasi di sektor asuransi menjadi hal yang tidak dapat dihindari untuk bangkit di masa pandemi ini. Bahkan industri asuransi dinilai harus menjadi hybrid company, yang bisa memadukan antara sistem konvensional dengan digital.
"Sekarang mau tidak mau harus masuk ke kolaborasi digital, ini juga banyak pemainnya, ada digital broker, aggregator, semua bisa dilakukan kolaborasi. Industri asuransi tidak bisa sendirian, tapi dengan kolaborasi maka bisa memperkuat industri," kata Direktur Utama BRI Insurance Fankar Umran, Senin (23/11/2020).
Meski demikian dia mengakui industri asuransi tidak bisa sepenuhnya digital, karena untuk berisiko tinggi tetap harus dilakukan secara langsung layaknya cara konvensional. Digitalisasi dapat diterapkan pada yang berisiko rendah, misalnya asuransi mikro, kendaraan, atau pun rumah. Bertransformasi menjadi hybrid company model menurut Fankar menjadi salah satu pekerjaan rumah bagi industri asuransi setelah Covid-19 berlalu.
"Ada harapan-harapan ke depannya, seperti perbaikan ekonomi, penanganan Covid-19, bahkan Kementerian Keuangan mengatakan pada 2021 akan ada anggaran khsuus digital sampai Rp 400 triliun lebih. Selain itu, masyarakat juga sudah bergeser habitnya dari konvensional ke digital," kata dia.
Jika pemerintah pun mendukung infrastruktur digital, maka industri asuransi juga harus bertransformasi dan mengembangkan bisnis dalam bentuk digital. Ke depannya, ada lima area dalam perusahaan yang menurut Fankar harus bertransformasi. Pertama, organisasi yang lebih agile, serba guna, dan adaptif menghadapi situasi yang ada. Kedua, bisnis model, tidak hanya mengandalkan konvensional melainkan juga digital.
![]() |
Di sinilah pentingnya perusahaan asuransi menerapkan hybrid model. Ketiga, peningkatan pelayanan menjadi lebih cepat dari mulai penerimaan hingga klaim. Keempat, penyesuaian produk dengan inovasi dan kreatifitas sehingga dapat diterima di seluruh masyarakat. Perusahaan asuransi menurutnya tidak bisa lagi mengandalkan produk-produk yang sudah lama dan harus tetap adaptif dengan pola perilaku konsumen. Kelima, proses layanan yang cepat.
"Di masa ini yang dapat poin adalah yang meresponnya dengan benar dan cepat, jadi bagaimana merespon kondisi yang ada," ujarnya.
Selain itu, strateginya pun ada yang internal dan eksternal. Internal melingkupi digitalisasi proses, dari distribusi produk, hingga proses klaim. Dari sisi eksternal, bagaimana channel distribusi tidak hanya dengan cara konvensional.
"Tetapi kalau sekarang dia harus multi channel distribusinya, maka kemudian masuk ke sisi digital, kemudian kalau bicara ketahanan ekonomi, menurut saya sekarang ini bukan waktunya bukan bicara menang tetapi ekonomi kolaborasi membangun ekosistem, suplai chain. Strategi bukan untuk menang, karena kalau itu pasti ada yang kalah, sekarang kita harus kompak seluruh industri dengan membangun suplai chain dam ekosistem," katanya.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BRI Insurance Pasang Target Konservatif pada 2021