
Kena Profit Taking, IHSG Gagal Happy Weekend!

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi kedua di akhir pekan ini, Jumat (20/11/20) ditutup di zona merah, terkoreksi 0,40% di level 5.571,66. Padahal Neraca Pembayaran Indonesia berhasil surplus setelah 9 tahun defisit.
Investor tampaknya mengambil kesempatan merealisasikan keuntungannya setelah IHSG melesat selama 5 hari berturut-turut. hal inilah yang sempat membuat IHSG bergerak liar pada perdagangan sesi pertama hari ini padahal IHSG sempat terbang tinggi di awal pembukaan, tapi jatuh ke zona merah sebelum kembali menghijau dan akhirnya menutup perdagangan dengan koreksi.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 548 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 12,3 triliun. Terpantau 201 saham terapresiasi, 259 saham turun, sisanya 161 stagnan.
Saham yang paling banyak dilego asing hari ini adalah PT Astra Internasional Tbk (ASII) dengan jual bersih sebesar Rp 75 miliar dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 89 miliar.
Sementara itu saham yang paling banyak dikoleksi asing hari ini adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk(TLKM) dengan beli bersih sebesar Rp 41 miliar dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan net buy sebesar Rp 17 miliar.
Dari dalam negeri,Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatat surplus pada kuartal III-2020, meski tidak sebesar surplus kuartal sebelumnya. Namun yang menjadi kejutan adalah transaksi berjalan berhasil surplus setelah sembilan tahun defisit.
"NPI mencatat surplus sebesar US$ 2,1 miliar pada triwulan III 2020, melanjutkan capaian surplus sebesar US$ 9,2 miliar pada triwulan sebelumnya. Surplus NPI yang berlanjut tersebut didukung oleh surplus transaksi berjalan maupun transaksi modal dan finansial," sebut keterangan tertulis Bank Indonesia (BI), Jumat (20/11/2020).
Pada kuartal III-2020, transaksi berjalan (current account) mencatat surplus sebesar US$ 1 miliar atau 0,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Surplus transaksi berjalan ditopang oleh surplus neraca barang seiring dengan perbaikan kinerja ekspor di tengah masih tertahannya kegiatan impor sejalan dengan permintaan domestik yang belum kuat.
Sementara itu, defisit neraca jasa meningkat dipengaruhi oleh peningkatan defisit jasa perjalanan karena kunjungan wisatawan mancanegara yang masih rendah, serta peningkatan defisit jasa lainnya seperti jasa telekomunikasi, komputer, dan informasi seiring peningkatan impor jasa untuk kebutuhan penunjang aktivitas masyarakat yang lebih banyak dilakukan secara daring (online) selama pandemi Covid19.
Sedangkan defisit neraca pendapatan primer meningkat, terutama didorong oleh pembayaran imbal hasil atas investasi langsung yang meningkat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000