Tok! Garuda Kantongi Restu Penerbitan MCB Rp 8,5 T

Monica Wareza, CNBC Indonesia
20 November 2020 11:30
Garuda Indonesia Luncurkan Livery Pesawat
Foto: Garuda Indonesia Luncurkan Livery Pesawat

Jakarta, CNBC Indonesia - Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menyetujui rencana perusahaan untuk menerbitkan obligasi wajib konversi atau mandatory convertible bond (OWK/MCB) senilai maksimal Rp 8,5 triliun yang dananya dipakai untuk memulihkan kinerja perusahaan di tengah pandemi.

"Disetujui mengenai pemegang saham untuk menerbitkan MCB dengan nilai maksimal Rp 8,5 triliun dengan tenor maksimal 7 tahun yang wajib dikonversi jadi saham baru begitu jatuh tempo," kata Irfan Setiaputra, Dirut Garuda, usai RUPSLB, Jumat ini (20/11/2020).

Dia mengatakan, adapun agenda perubahan AD/ART berkaitan dengan penyesuaian AD/ART sesuai dengan aturan OJK untuk penyelenggaraan RUPS dan usulan perubahan komisaris dan direksi, di mana jumlah komisaris dan direksi disesuaikan oleh pemegang saham.

Seperti disampaikan perusahaan sebelumnya bahwa GIAA akan merilis OWK paling banyak Rp 8,5 triliun.

Surat utang ini akan dikonversi 7 tahun kemudian menjadi kepemilikan saham melalui mekanisme Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD)/private placement.

Berdasarkan prospektus awal, harga private placement ini nanti akan dieksekusi di harga Rp 206/saham.

Jumlah saham yang akan diterbitkan sebanyak 41,26 miliar saham sehingga nantinya saham seri B akan mengalami penurunan kepemilikan (dilusi) 61%.

Harga konversi ini ditetapkan berdasarkan 90% dari rata-rata harga penutupan saham selama 25 hari bursa berturut-turut di pasar reguler sejak tanggal 13 Oktober 2020 atau pada tanggal penutupan bursa 1 hari sebelum tanggal 13 Oktober 2020 yang mana yang lebih rendah yakni sebesar Rp 206.

Perusahaan mengharapkan dengan diterbitkannya OWK ini maka kondisi keuangan perusahaan menjadi lebih baik untuk melanjutkan keberlangsungan perusahaan. Hal ini juga mempertimbangkan peranan perusahaan terhadap konektivitas arus barang dan penumpang di dalam negeri dan mancanegara.

Dengan masuknya dana hasil aksi korporasi ini maka akan terjadi peningkatan nilai aset melalui peningkatan nilai kas setara kas Perseroan dari dana hasil Transaksi, sehingga dapat meningkatkan rasio lancar dan modal kerja bersih perusahaan.

Ganti dirkeu

Dalam kesempatan itu, Menteri BUMN Erick Thohir, sebagai perwakilan pemegang saham pemerintah, juga mengganti posisi Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda yang dijabat Fuad Rizal, salah satu direksi yang masih tersisa pada era kepemimpinan dirut lama Garuda yang diberhentikan, yakni Ari Ashkara.

Sebagai gantinya, Erick menunjuk Prasetio.

Berdasarkan data yang diperoleh CNBC, sebelumnya Prasetio menjabat Dirut Perum Peruri periode Oktober 2012-Oktober 2017, dan pernah menjadi advisor to president Director PT AAA Investment (2012) dan corporate advisor Garuda Indonesia.

Sementara itu, Erick masih mempertahankan Irfan Setiaputra sebagai Direktur Utama yang sudah dijabat Irfan sejak Januari 2020.

Berikut susunan direksi Garuda Indonesia yang diusulkan dalam RUPSLB pada Jumat (20/11/2020):

Direktur Utama : Irfan Setiaputra

Wakil Direktur Utama : Dony Oskaria

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko : Prasetio

Direktur Operasi : Tumpal Manumpak Hutapea

Direktur Human Capital : Arya Perwira Adileksana

Direktur Teknik : Rahmat Hanafi

Direktur Layanan, Pengembangan Usaha, dan IT : Ade R. Susardi

Direktur Niaga dan Kargo : M. Rizal Pahlevi


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Target Rp 8,5 T, Garuda Siap Rilis Obligasi Konversi Bertahap

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular