Saham ANTM-TINS Loyo, INCO Mendingan, Efek Lord Luhut Pudar?

tahir saleh, CNBC Indonesia
19 November 2020 12:23
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bertemu dengan Chief Executive Officer (CEO) United States International Development Finance Corporation (IDFC) Adam S. Boehler di Jakarta pada Hari Jumat (23/10). (Dok. Kemenkomarves)
Foto: Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bertemu dengan Chief Executive Officer (CEO) United States International Development Finance Corporation (IDFC) Adam S. Boehler di Jakarta pada Hari Jumat (23/10). (Dok. Kemenkomarves)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham trio emiten yang berkaitan dengan proyek baterai listrik Holding Indonesia Battery mayoritas ditutup minus pada perdagangan Sesi I, Kamis ini (19/11/2020) setelah dalam 2 hari terakhir kompak "meledak".

Ketiga saham tersebut yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam, PT Timah Tbk (TINS), dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Antam dan TINS masuk dalam Holding BUMN pertambangan di bawah PT Inalum (MIND ID).

Data perdagangan mencatat, pada sesi I, hanya saham INCO yang naik, tapi itu juga cuma 0,43% di level Rp 4.690/saham.

Nilai transaksi saham yang 20%-nya milik MIND ID ini mencapai Rp 30,04 miliar dan volume perdagangan 6,41 juta saham.

Dalam sepekan terakhir saham INCO naik 6,35%, sebulan juga naik 13,83%. Dalam 3 bulan dan 6 bulan, saham INCO masing-masing naik 32,49% dan 74%.

Adapun saham ANTM ditutup terkoreksi 1,21% di posisi Rp 1.225/saham. Nilai transaksi saham ANTM sebesar 197,36 miliar dan volume perdagangan 160,53 juta saham.

Asing justru masuk ke saham Antam hari ini sebesar Rp 5,11 miliar sehingga aksi jual investor lokal membuat sahamnya terkoreksi. Sepekan, saham Antam naik 4,79%, sebulan naik 16,11%. Dalam 3 bulan dan 6 bulan, saham ANTM melesat 59% dan 145%.

Di sisi lain, saham TINS juga minus hingga 2,19% di level Rp 1.115/saham, meskipun asing masuk hari ini Rp 3,08 miliar.

Tekanan jual dari investor domestik membuat saham TINS merana. Meski demikian, saham TINS naik sepekan 10,40%, dan sebulan naik 29,65%. Dalam 3 dan 6 bulan, saham TINS melesat 47% dan 138%.

Pada sesi I, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup naik 0,52% di posisi 5.585, dengan 261 saham naik, 149 saham turun, dan 181 saham stagnan.

Sebelumnya kabar Holding Indonesia Battery memang sejak awal mampu mengerek harga saham ketiganya.

"Bahkan ada kemungkinan kami meningkatkan target price kami untuk ANTM karena menurut kami ANTM akan mendapat banyak manfaat dari program perusahaan Holding Indonesia Battery. Target harga terakhir kami untuk ANTM ditetapkan pada Rp 960 per saham," kata Andy Wibowo Gunawan, analis riset PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dikutip Rabu (18/11).

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan juga mengabarkan bahwa perusahaan raksasa baterai asal Korea Selatan, LG Chem Ltd, salah satu investor pabrik baterai di Indonesia, dipastikan akan segera meneken kerjasama investasi untuk mendorong hilirisasi nikel hingga menjadi baterai mobil listrik di Indonesia.

Hal tersebut dikemukakan Luhut dalam sebuah seminar Universitas Gadjah Mada yang disiarkan melalui kanal YouTube, Selasa (17/11/2020).

"Minggu ini kalau tidak ada perubahan LG dari Korea akan segera tanda tangan," kata Luhut.

LG Chem Ltd merupakan satu dari sejumlah perusahaan baterai kelas dunia yang telah menyatakan minat untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Selain LG, ada pula Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL).

"Dan sekarang kita approach yang lain, saya kira masih on going," jelasnya.

Sebelumnya, sejumlah BUMN turut membentuk perusahaan Holding Indonesia Battery untuk membangun pabrik baterai terintegrasi ini. Holding ini dipimpin oleh holding BUMN pertambangan MIND ID melalui Antam, bersama dengan PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero).

CEO Inalum Orias Petrus Moedak mengatakan perusahaan Holding Indonesia Battery ini yang nantinya diarahkan untuk bekerja sama dengan dua calon mitra dari China dan Korea Selatan tersebut.

"Kerja sama dengan mitra China dan Korea, dari hulu sampai hilir sekitar US$ 12 miliar. Sudah disiapkan rencana kerja sama kongkrit, rencana pemanfaatan nikel sampai hasilkan baterai," paparnya.

Saat ini pihaknya tengah menyusun pembentukan perusahaan Holding PT Indonesia Battery tersebut.

"Di hulu ada Antam, yang intermediate ada Pertamina, hilir ada PLN. Sekarang lagi diproses. Itu nanti ada Indonesia Battery, itu holding company yang terlibat dalam pembuatan baterai dari hulu ke hilir," jelasnya.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 10 Saham BUMN Ini Ngamuk, Efek Mansurmologi atau Erickmologi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular