
CPO RI-Malaysia Diserang Lagi: Perlakukan Brutal Pekerja

Jakarta, CNBC Indonesia - Media Amerika Serikat (AS) Associated Press (AP) membuat laporan khusus tentang perkebunan sawit Asia Tenggara khususnya RI dan Malaysia.
Dalam laporannya yang terbit Rabu (18/11/2020), AP menulis 'perlakuan brutal' yang terjadi dalam produksi minyak sawit terhadap pekerja perempuan.
Perkebunan sawit disebut melakukan pelecehan seksual mulai dari verbal, ancaman hingga pemerkosaan. Termasuk dugaan perdagangan manusia, pekerja anak dan perbudakan langsung.
"Wanita dibebani dengan beberapa pekerjaan yang sulit dan berbahaya di industri," tulis media tersebut, mengutip lembaga swadaya masyarakat (LSM) setempat Indonesia Sawit Watch.
"Wanita dibebani dengan beberapa pekerjaan yang paling sulit dan berbahaya di industri."
"Banyak yang dipekerjakan oleh subkontraktor setiap hari tanpa tunjangan, melakukan pekerjaan yang sama untuk perusahaan yang sama selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun. Mereka sering bekerja tanpa bayaran untuk membantu suami mereka memenuhi kuota harian yang tidak mungkin dilakukan."
AP mengaku telah mewawancarai 36 perempuan di sejumlah perusahaan Indonesia dan Malaysia. Media itu juga mengatakan mewawancarai hampir 200 pekerja, aktivis, pejabat pemerintah dan pengacara.
Pemerintah Malaysia, tulis AP, mengatakan belum menerima laporan tersebut. Namun, Indonesia dikatakan mengakui pelecehan fisik dan seksual tampaknya menjadi masalah yang berkembang, dengan sebagian besar korban takut untuk angkat bicara.
Produk perkebunan-perkebunan itu, menurut media tersebut, menjadi sumber bahan baku untuk sejumlah merk kosmetik ternama dunia.
Pemberitaan ini menjadi 'serangan' baru bagi CPO kedua negara. Sebelumnya dari laporan yang sama, Departemen Perlindungan Bea dan Perbatasan AS memblokir produksi sawit FGV Holding Bhd, perusahaan Malaysia yang memiliki perkebunan di Indonesia.
Pemblokiran dilakukan dengan pascapemberitaan media yang sama soal eksploitasi pekerja.
Laporan tersebut menyebut perusahaan seperti Unilever, L'Oreal, Nestle, Procter & Gamble (P&G), Colgate-Palmolive, dan Ikea, serta beberapa nama bank raksasa, seperti Deutsche Bank, BNY Mellon, Citigroup, HSBC, dan Vanguard Group, dan Maybank, terlibat dalam masalah pelanggaran ini.
Malaysia dan Indonesia adalah pengekspor minyak keapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan produk turunannya terbesar di dunia. Sebelumnya Malaysia mengatakan kemungkinan akan menghadapi pemblokiran lain di AS.
Sebelumnya 'serangan' ke sawit dilancarkan Eropa dengan regulasi "Arahan Energi Terbarukan (Renewable Energy Directive II/RED II) Uni Eropa beserta aturan teknisnya (delegated act).
Tanaman pangan yang dianggap berisiko tinggi pada lingkungan akan dibatasi penggunaannya dan dihapuskan secara bertahap dari pasar bahan bakar nabati Uni Eropa. Kelapa sawit ikut ditetapkan sebagai tanaman pangan berisiko tinggi terhadap ILUC.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kena Profit Taking Jelang Akhir Pekan, Harga CPO Turun Tipis