Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Di pasar spot, rupiah yang dibuka menguat berbalik lemas.
Pada Rabu (18/11/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.118. Rupiah melemah 0,32% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Di pasar spot, rupiah dibuka menguat tipis 0,07% ke Rp 14.020/US$. Namun kini rupiah melemah, pada pukul 10:01 WIB US$ 1 setara dengan Rp 14.060 di mana mata uang Tanah Air terdepresiasi 0,21%.
Tidak hanya rupiah, berbagai mata uang utama Asia juga tidak berdaya di hadapan dolar AS. Hanya yen Jepang, ringgit Malaysia, peso Filipina, dan dolar Taiwan yang masih bisa menguat. Namun memang rupiah jadi yang terlemah di antara para tetangganya.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:03 WIB:
Dolar AS yang sudah lama teraniaya kini mulai melawan. Pada pukul 09:18 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,09%.
Harap maklum, mata uang Negeri Paman Sam memang sudah 'murah'. Dalam sebulan terakhir, Dollar Index sudah terpangkas 1%. Wajar investor tertarik.
Selain itu, sepertinya euforia akibat kabar vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) mulai reda. Kemarin, investor bersemangat berburu aset-aset berisiko karena kabar calon vaksin Moderna punya tingkat efektivitas 94,5% dalam menghalau virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut.
"Sekarang sentimen itu sudah mendingin. Kita tahu akan ada vaksin, tetapi masalahnya kapan bisa terdistribusi dan seberapa cepat bisa mengubah pola hidup masyarakat dunia. Mungkin butuh waktu berbulan-bulan," kata Imre Speizer, Currency Analyst di Westpac, seperti dikutip dari Reuters.
Selagi vaksin belum datang, serangan virus corona kian membabi-buta. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, jumlah pasien positif corona di seluruh negara per 17 November 2020 adalah 54.771.888 orang. Bertambah 456.751 orang (0,84%) dibandingkan sehari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir (4-17 November 2020), rata-rata tambahan pasien baru mencapai 557.817 orang (1,1%) per hari. Melonjak dibandingkan 14 har sebelumnya yaitu 471.670 orang (1,09%) per hari.
Di Korea Selatan, pasien positif baru bertambah 313 orang kemarin, rekor tertinggi sejak Agustus. Ini membuat pemerintah memperketat pembatasan sosial (social distancing) di wilayah metropolitan Seoul.
Mulai besok, pemerintah setempat melarang warga berkumpul dalam jumlah 100 orang atau lebih. Jamaah layanan keagamaan dan penonton pertandingan olahraga dibatasi maksimal 30%.
"Pembatasan ini tentu membuat kehidupan kita tidak nyaman. Namun kita semua tahu bahwa kalau tidak berbuat sekarang, maka dampaknya adalah krisis yang lebih besar," tegas Chung Sye-kyun, Perdana Menteri Korea Selatan, sebagaimana diwartakan Reuters.
Kemudian di Prancis, jumlah pasien positif sudah menembus angka 2 juta, tepatnya di 2.036.755 per 17 November 2020. Padahal Negeri Anggur sudah menerapkan karantina wilayah (lockdown) mulai pertengahan bulan lalu.
"Kita semua harus waspada dan mematuhi aturan lockdown. Ini harus dilakukan agar kita bisa melalui akhir tahun dan musim dingin dengan selamat," kata Jerome Salomon, Direktur Jenderal Kesehatan Prancis, seperti diberitakan Reuters.
Ambil untung (profit taking) dan lonjakan kasus corona membuat investor punya pembenaran untuk melepas aset-aset berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia. Hasilnya, rupiah yang sudah menguat tajam kini harus puas menghuni zona merah.
TIM RISET CNBC INDONESIA