Tak Terbendung! Setelah 6 Pekan Menguat, Rupiah Melesat Lagi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 November 2020 16:32
mata uang rupiah dolar dollar Bank Mandiri
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (16/11/2020), setelah mencatat penguatan dalam 6 pekan beruntun. Rupiah sedang dinaungi sentimen positif, aliran investasi masuk deras ke dalam negeri, dan investor asing kembali "memborong" rupiah.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan di level Rp 14.100/US$, menguat 0,35% di pasar spot. Setelahnya rupiah sempat menguat lagi ke Rp 14.095/US$, sebelum terpangkas dan berada di level Rp 14.130/US$ atau menguat 0,31% pada tengah hari.

Rupiah kembali menguat satu jam sebelum perdagangan berakhir. Di penutupan, rupiah berada di level Rp 14.100/US$, menguat 0,35%.

Mayoritas mata uang utama Asia memang menguat melawan dolar AS hari ini. Rupiah dengan penguatan tersebut menjadi mata uang dengan kinerja terbaik kedua di Asia, hanya kalah dari yuan China yang menguat 0,4% hingga pukul 15:03 WIB.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hari ini.

Derasnya aliran investasi ke dalam negeri sudah terlihat sejak awal bulan ini. Data Bank Indonesia menunjukkan pada periode 2-5 November 2020, transaksi nonresiden di pasar keuangan domestik membukukan beli neto Rp3,81 triliun. Rinciannya, beli neto di pasar SBN sebesar Rp3,87 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp 60 miliar.

Sementara data dari Bursa Efek Indonesia menunjukkan 2 pekan lalu, investor asing melakukan aksi beli (net buy) sebesar Rp 1,2 triliun. Sepanjang pekan lalu bahkan lebih besar lagi, Rp 4,45 triliun masuk ke pasar saham dalam negeri. Baru pada hari ini terjadi aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 368 miliar di pasar reguler.

Kabar bagus lainnya datang dari hasil survei 2 mingguan Reuters yang menunjukkan investor asing mulai "memborong" rupiah lagi.

Survei dari Reuters tersebut menggunakan rentang -3 sampai 3. Angka positif berarti pelaku pasar mengambil posisi long (beli) terhadap dolar AS dan short (jual) terhadap rupiah. Begitu juga sebaliknya, angka negatif berarti mengambil posisi short (jual) terhadap dolar AS dan long (beli) terhadap rupiah.

Hasil survei terbaru yang dirilis Kamis (12/11/2020) kemarin menunjukkan angka -1,01, melesat dari 2 pekan lalu yang masih positif 0,09. Angka negatif tersebut merupakan yang tertinggi dalam 6 tahun terakhir.

Semakin besar angka negatif artinya pelaku pasar semakin banyak mengambil posisi long rupiah, yang artinya Mata Uang Garuda kembali dicintai.

Survei tersebut konsisten dengan pergerakan rupiah di tahun ini, kala angka positif maka rupiah cenderung melemah, begitu juga sebaliknya.

Sementara itu data yang dirilis hari ini menunjukkan berlanjutnya tren surplus neraca dagang Indonesia di bulan Oktober.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor sebesar US$ 14,39 miliar sementara impor adalah US$ 10,78 miliar. Artinya, neraca perdagangan mencatatkan surplus US$ 3,61 miliar.

Dibandingkan dengan Oktober 2019 (year-on-year/YoY) ekspor turun 3,29%. Sedangkan impor anjlok 26,93%.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan neraca perdagangan Oktober 2020 surplus US$ 2,2 miliar. Sementara konsensus Reuters memperkirakan di angka US$ 2,44 miliar. Realisasinya ternyata jauh lebih banyak dari proyeksi.

Neraca dagang Indonesia kini sudah mencatat surplus dalam 6 bulan beruntun, dan selama periode 10 bulan tahun ini, defisit tercatat hanya terjadi di bulan Januari dan April.
Rilis surplus neraca dagang memberikan tenaga bagi rupiah untuk kembali menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Next Page
Investor
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular