Neraca Dagang Diramal Untung Besar, Rupiah Tak Lagi Merah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 November 2020 09:02
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot. Neraca perdagangan Indonesia yang lagi-lagi diperkirakan surplus menjadi energi buat mata uang Tanah Air.

Pada Senin (16/11/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.100 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,35% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Sepanjang minggu kemarin, rupiah menguat 0,28% di hadapan dolar AS secara point-to-point meski sempat merah tiga hari beruntun. Namun mata uang Negeri Paman Sam masih berada di atas Rp 14.100.

Hari ini, sentimen positif buat rupiah datang dari dalam negeri. Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data kinerja perdagangan internasional Indonesia periode Oktober 2020 pada pukul 11:00 WIB nanti.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor mengalami kontraksi atau tumbuh negatif 4,5% pada Oktober 2020 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Sementara impor diperkirakan ambles lebih dalam dengan kontraksi 18,6% YoY. Ini membuat neraca perdagangan surplus US$ 2,22 miliar.

Kali terakhir Indonesia membukukan defisit neraca perdagangan adalah pada April 2020. Selepas itu, surplus neraca perdagangan selalu dalam hitungan miliar dolar AS.

Surplus neraca perdagangan menandakan pasokan devisa dari ekspor-impor aman terkendali. Ini bisa menjadi pijakan bagi rupiah untuk lebih kuat lagi. Ditambah dengan arus modal asing di pasar keuangan yang begitu kencang, rupiah niscaya bakal semakin perkasa.

Sementara dari sisi eksternal, investor menyambut gembira kabar dari Jepang. Pada kuartal III-2020, ekonomi Jepang tumbuh 5% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/QtQ). Jauh membaik ketimbang kuartal II-2020 yang -8,2% QtQ dan di atas konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 4,4% QtQ.

Sedangkan secara kuartalan yang disetahunkan (annualized), Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Matahari Terbit melonjak 21,4%. Ini adalah rekor tertinggi dalam sejarah modern Jepang.

Lalu dibandingkan kuartal III-2019, ekonomi Jepang masih -5,89% YoY. Namun jauh lebih baik ketimbang kuartal sebelumnya yang -10,29% YoY meski Jepang belumbisa keluar dari jerat resesi.


"Aktivitas ekonomi belum kembali ke level sebelum pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Namun data ini menunjukkan bahwa ekonomi Jepang mampu pulih setelah mencapai dasarnya pada April-Mei.

Kita masih mesti waspada dengan berbagai risiko seperti tren peningkatan kasus positif corona baik di dalam negeri, Eropa, atau AS. Ekonomi memang membaik, tetapi boleh dibilang baru setengah jalan menuju pulih sepenuhnya," jelas Yasutoshi Nishimura, Menteri Ekonomi Jepang, sebagaimana diwartakan Reuters.

Kabar kebangkitan Jepang mendapat respons positif dari pasar. Keberanian untuk mengoleksi aset-aset berisiko meningkat, sehingga arus modal asing kembali mengalir ke pasar keuangan negara berkembang Asia, termasuk Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular