
Heboh Gudang Garam Masuk Bisnis Jalan Tol, Cuannya Gede Gak?

1. PT Gudang Garam Tbk (GGRM)
Dalam laporan keuangan GGRM pada kuartal III tahun 2020, laba bersih yang dapat diatribusikan ke entitas induk turun Rp 1,59 triliun menjadi Rp 5,65 triliun.
Walaupun laba bersih perseroan turun, namun pendapatan bersih perseroan naik Rp 1,66 triliun menjadi Rp 83,38 triliun di kuartal ketiga tahun ini.
Dari posisi neraca, total liabilitas jangka pendek perseroan per 30 September 2020 sebesar Rp 17,69 triliun, turun dari posisi sebelumnya yang sebesar Rp 25,26 triliun.
Sedangkan total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 11,1% menjadi Rp 56,58 triliun.
Adapun total aset perseroan per 30 September 2020 turun 2,18% menjadi Rp 76,93 triliun dari periode sebelumnya sebesar Rp 78,65 triliun.
2. PT Astra International Tbk (ASII)
Dalam laporan keuangan ASII pada kuartal III tahun 2020, laba bersih yang dapat diatribusikan ke entitas induk turun 11,53% menjadi Rp 14,04 triliun periode 9 bulan pertama tahun ini, dari periode yang sama tahun lalu Rp 15,87 triliun.
Pendapatan bersih Astra juga turun menjadi Rp 130,35 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp 177,04 triliun.
Berdasarkan siaran persnya, segmen infrastruktur dan logistik Grup Astra justru mencatat rugi bersih Rp 59 miliar pada 9 bulan pertama tahun 2020, dibandingkan dengan laba bersih sebesar Rp 155 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Rugi ini disebabkan penurunan pendapatan jalan tol dan penurunan margin operasi pada PT Serasi Autoraya (SERA).
"Astra mempunyai kepemilikan saham di 350 km ruas jalan tol yang telah beroperasi sepanjang jaringan jalan tol Trans-Jawa dan tol lingkar luar Jakarta," tulis manajemen Astra.
"Terjadi penurunan volume lalu lintas sebesar 15% pada konsesi jalan tol Grup."
Manajemen juga menegaskan tekanan di lini bisnis ini berasal dari SERA. Laba bersih SERA menurun sebesar 56% menjadi Rp65 miliar, terutama karena marjin operasi yang lebih rendah dan penurunan volume penjualan mobil bekas, walaupun jumlah kontrak sewa kendaraan naik sebesar 2% menjadi 22.900 unit.
3. PT Nusantara Infrastructure Tbk (META)
Berdasarkan laporan keuangan META pada kuartal II tahun 2020, laba bersih yang dapat diatribusikan ke entitas induk turun sekitar 50% menjadi Rp 15,97 miliar.
Walaupun laba bersih perseroan turun, namun pendapatan bersih perseroan naik Rp 597,42 miliar menjadi Rp 943,03 miliar di kuartal kedua tahun ini.
Dari posisi neraca, total liabilitas jangka pendek perseroan per 30 September 2020 naik menjadi Rp 754,05 miliar.
Sedangkan total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik menjadi Rp 3,32 triliun.
Adapun total aset perseroan per 30 September 2020 naik menjadi Rp 5,71 triliun dari periode sebelumnya sebesar Rp 5,08 triliun.
4. PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP)
Berdasarkan laporan keuangan CMNP pada kuartal III tahun 2020, laba bersih yang dapat diatribusikan ke entitas induk turun sekitar 24% menjadi Rp 385,59 miliar.
Pendapatan bersih CMNP juga turun menjadi Rp 1,69 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp 2,4 triliun.
Beban pokok pendapatan turun menjadi Rp 1,02 triliun dari sebelumnya Rp 1,56 triliun.
Berdasarkan data laporan keuangan, pendapatan terbesar berasal dari segmen jasa konstruksi sebesar Rp 806,49 miliar, turun dari sebelumnya Rp 1,18 triliun.
Adapun pendapatan dari tol, yakni ruas tol Lingkar Dalam Kota Jakarta sebesar Rp 631,6 miliar, turun dari sebelumnya Rp 835,3 miliar, kemudian ruas tol Simpang Susun Waru-Bandara Juanda Surabaya sebesar Rp 82,9 miliar, turun dari sebelumnya Rp 118,9 miliar.
Selanjutnya dari ruas tol Soreang-Pasir Koja (Soroja) sebesar Rp 61,11 miliar, turun dari sebelumnya Rp 71,38 miliar dan ruas tol Depok-Antasari (Desari) yang turun menjadi Rp 62,81 miliar.
Dari posisi neraca, total liabilitas jangka pendek perseroan per 30 September 2020 turun menjadi Rp 3,15 triliun.
Sedangkan total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik menjadi Rp 8,39 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 7,92
Adapun total aset perseroan per 30 September 2020 turun menjadi Rp 15,16 triliun dari periode sebelumnya sebesar Rp 15,45 triliun.
NEXT>> Mengintip Rasio Keuangan GGRM hingga META
(chd/chd)