Mata Uang Skandinavia Juara Tahun Ini, kok Bisa?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 November 2020 19:30
Swedia Tidak Menggunakan Masker
Foto: Warga Swedia Tidak Mengenakan Masker (Claudio Bresciani/TT News Agency via AP)

Sebelum mengalami lonjakan kasus Covid-19 sejak bulan Oktober lalu, Swedia menjadi salah satu negara yang sukses meredam penyebaran virus yang berasal dari kota Wuhan China tersebut.

Melansir data dari CEIC, pada 11 November lalu, jumlah kasus baru bertambah sebanyak 3.419 orang. Rata-rata penambahan kasus bulan sejak Oktober hingga 11 November lalu sekitar 1600 orang, bandingkan dengan rata-rata Agustus hingga September lalu yang sekitar 270 orang.

Kesuksesan meredam Covid-19 tersebut menjadi salah satu penopang penguatan krona. Tetapi, faktor utama penguatan krona di tahun ini adalah statusnya sebagai mata uang "risk-on", alias mata uang yang diburu saat sentimen pelaku pasar membaik.

Perekonomian global yang mulai pulih di kuartal III-2020 dari kemerosotan tiga bulan sebelumnya membuat sentimen pelaku pasar membaik, krona pun perlahan terus menguat.

Penguatan krona semakin terakselerasi sejak pekan lalu. Melansir data Refinitiv, krona Swedia hari ini menguat 0,15% di 8,6086, sementara sejak pekan lalu sudah melesat lebih dari 3%.

Penyebabnya sudah jelas, membaiknya sentimen pelaku pasar merespon hasil pemilihan presiden AS yang menunjukkan kemenangan Joseph 'Joe' Biden dari Partai Demokrat, melawan petahana dari Partai Republik, Donald Trump.

Kemenangan Biden dianggap dapat memberikan stabilitas di pasar, kemudian perang dagang AS-China kemungkinan akan berakhir atau setidaknya tidak memburuk. Selain itu, stimulus fiskal juga akan lebih besar ketimbang yang akan digelontorkan Trump dan Partai Republik.

Selain itu, vaksin virus corona dari Pfizer yang dilaporkan mampu menangkal virus hingga lebih dari 90% membuat pelaku pasar semakin ceria.

"Hasil pertama dari uji klinis fase tiga uji vaksin mengindikasikan kemampuan vaksin kami untuk mencegah Covid-19," Chairman & CEO Pfizer Albert Bourla dalam pernyataannya, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (9/11/2020).

Alhasil, sentimen pelaku pasar terus membaik, dan krona Swedia melesat.

"Krona Swedia dilabeli sebagai mata uang yang tergantung dari sentimen terhadap risiko, dan kita pasti akan melihat apresiasi saat sentimen terhadap risiko pulih," kata Richard Falkenhall, ahli strategi valuta asing senior di Skandinaviska Enskilda Banken (SEB) Group, sebagaimana dilansir poundsterlinglive.

Falkenhall memprediksi, krona masih akan menguat sebab masih undervalue sekitar 7%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular