Risk On! Kurs Dolar Australia Naik ke Rp 10.300/AU$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 November 2020 12:32
Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Kamis (12/11/2020) hingga kembali ke atas Rp 10.300/AU$. Dibandingkan dolar Amerika Serikat (AS) dan Singapura, Mata Uang Negeri Kanguru memang lebih kuat menahan rupiah yang sedang garang sejak pekan lalu.

Melansir data Refinitiv, siang ini dolar Australia menguat 0,64% ke Rp 10.305,45/AU$ di pasar spot.

Dolar Australia merupakan salah satu mata uang dengan karakter "risk on", artinya saat sentimen pelaku pasar membaik dan memburu aset-aset berisiko, maka dolar Australia akan ikut kuat.

Hal tersebut terjadi karena Australia, perekonomianya mengandalkan sektor komoditas. Ekspor barang dan jasa Australia pada tahun 2019 berkontribusi sekitar 24% dari total produk domestik bruto (PDB).

Oleh karena itu, ketika sentimen membaik, artinya pelaku pasar memandang optimistis terhadap kondisi perekonomian, sehingga permintaan komoditas dari Australia berpotensi meningkat, dan roda bisnis di Negeri Kanguru berputar lebih kencang.

Hal tersebut membuat dolar Australia menjadi salah satu mata uang "risk on".

Meski demikian, ketika melawan rupiah, saat sentimen pelaku pasar sedang membaik, dolar Australia juga bisa K.O. Sebabnya, yield yang ditawarkan di Indonesia lebih tinggi ketimbang Australia, sehingga aliran investasi masuk ke Indonesia dan membuat rupiah perkasa di 2 hari perdagangan pertama pekan ini.

Rupiah mulai melemah melawan dolar AS sejak Rabu kemarin akibat aksi ambil untung (profit taking), dan semakin sulit bangkit setelah data menunjukkan penjualan ritel Indonesia turun dalam 10 bulan beruntun.

Data dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan penjualan ritel di bulan September masih mengalami kontraksi 8,7% year-on-year (YoY). Kali terakhir penjualan ritel Indonesia tumbuh positif pada November 2019 lalu.

"Perbaikan penjualan eceran terjadi pada sebagian besar kelompok komoditas yang dipantau seperti Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau yang tercatat tumbuh positif dalam dua bulan terakhir, serta perbaikan pada sub Kelompok Sandang dan Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor," tulis keterangan Bank Indonesia (BI) yang dirilis Rabu (11/11/2020).

Akan tetapi, BI memperkirakan penjualan ritel kembali mengendur pada Oktober 2020 dengan pertumbuhan -10% YoY. Sejumlah komoditas, seperti Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau serta Kelompok Barang Budaya dan Rekreasi, diprakirakan mengalami penurunan penjualan.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular