
Naik Tajam, Kurs Dolar Singapura Balik Lagi ke Rp 10.500/SG$

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura kembali menguat melawan rupiah pada perdagangan Kamis (12/11/2020), mendekati lagi level Rp 10.500/US$. Aksi ambil untung (profit taking) yang menerpa rupiah menjadi salah satu pemicu utama kenaikan kurs dolar Singapura.
Melansir data Refinitiv, dolar Singapura pagi ini menguat 0,67% ke Rp 10.494,7/SG$ di pasar spot, sementara Rabu kemarin naik 0,11%. Sebelum mulai menguat sejak kemarin, dolar Singapura merosot 2,8% dalam 4 hari perdagangan dan menyentuh level terendah 4 bulan.
Rupiah mendapat tenaga untuk menguat tajam akibat membaiknya sentimen pelaku pasar merespon kemenangan Joseph 'Joe' Binden, dalam pemilihan presiden Amerika Serikat melawan petahana Donald Trump.
Selain itu, vaksin virus corona dari Pfizer yang dilaporkan mampu menangkal virus hingga lebih dari 90% membuat pelaku pasar semakin ceria, hingga mengalirkan investasi ke negara-negara emerging market dengan imbal hasil tinggi seperti Indonesia.
Kini euforia dari kemenangan Joe Biden dan vaksin Pfizer sudah mulai meredup, dan rupiah diterpa aksi profit taking, yang membuat dolar Singapura menguat.
Rupiah juga tersandung data penjualan ritel Indonesia yang dirilis kemarin. data dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan penjualan ritel di bulan September masih mengalami kontraksi 8,7% year-on-year (YoY).
Meski membaik dari bulan sebelumnya kontraksi 9,2% YoY, tetapi penjualan ritel Indonesia sudah mengalami kontraksi dalam 10 bulan beruntun.
"Perbaikan penjualan eceran terjadi pada sebagian besar kelompok komoditas yang dipantau seperti Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau yang tercatat tumbuh positif dalam dua bulan terakhir, serta perbaikan pada sub Kelompok Sandang dan Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor," tulis keterangan Bank Indonesia (BI) yang dirilis Rabu (11/11/2020).
Akan tetapi, BI memperkirakan penjualan ritel kembali mengendur pada Oktober 2020 dengan pertumbuhan -10% YoY. Sejumlah komoditas, seperti Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau serta Kelompok Barang Budaya dan Rekreasi, diprakirakan mengalami penurunan penjualan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina
