Ada Vaksin Rusia & Shanghai Fosun, Indeks Hang Seng dkk Merah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
12 November 2020 12:18
A woman walks past an electronic board showing Hong Kong share index outside a local bank in Hong Kong, Monday, April 1, 2019. Shares have surged in Asia following a bullish Friday on Wall Street, where the benchmark S & P 500 logged its biggest quarterly gain in nearly a decade. (AP Photo/Vincent Yu)
Foto: Bursa Hong Kong (AP Photo/Vincent Yu)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia kompak bergerak ke zona merah pada pukul 11:00 WIB, di tengah aksi profit taking investor, lonjakan kasus virus corona di Eropa dan Amerika Serikat (AS) hingga sengketa pemilihan presiden AS.

Pada pukul 11:01 WIB, indeks Nikkei di Jepang melemah tipis 0,06%, Hang Seng di Hong Kong ambles 0,4%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,2%, Straits Times Index (STI) Singapura terpangkas 0,37% dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,35%.

Pada pukul 12.14 WIB, Nikkei naik 0,24%, Hang Seng minus 0,33%, Shanghai juga turun 0,21%m dan STI Singapura turun 0,27%.

Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di sesi I, 11.30 WIB, terkoreksi 0,59% di posisi 5.477 di tengah aksi profit taking investor asing.

Bursa saham Asia bergerak ke zona merah setelah mencatatkan reli selama seminggu lebih. Hal ini dikarenakan investor sudah mulai memasang profit taking, walaupun sentimen dari keberlanjutan beberapa vaksin corona masih datang di pasar global.

Hal tersebut ditambah dengan kabar vaksin lainnya, yakni Moderna yang akan menganalisis hasil uji klinis tahap ketiga-nya dalam waktu dekat.

Pakar farmasi AS, Anthony Fauci optimis uji klinis tahap akhir dari vaksin Moderna juga akan sukses seperti vaksin besutan Pfizer.

Di tengah klaim suksesnya uji klinis tahap akhir dari vaksin kedua kandidat tersebut, vaksin corona asal Rusia, yakni Sputnik V juga diklaim oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin sukses dalam uji klinis tahap akhirnya, bahkan lebih besar, yakni 92%.

Selain Rusia, vaksin lainnya yang diklaim sukses adalah vaksin besutan Shanghai Fosun Pharmaceutical, di mana pihak perusahaan mengklaim hanya tinggal menunggu hasil persetujuan dari Otoritas Kesehatan China.

Sementara itu, beberapa pusat perdagangan di Eropa ditutup kembali dengan pemberlakuan langkah-langkah pembatasan yang ketat, sementara sejumlah kota di AS termasuk New York juga dilakukan hal yang sama karena lonjakan kasus virus corona yang kembali terjadi.

Hal tersebut sempat memunculkan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar bahwa krisis akan meluas hingga tahun depan.

"Dalam waktu dekat, kebangkitan virus mulai membuat kekhawatiran baru," kata Torsten Slok, ekonom di Apollo Global Management, kepada Bloomberg TV. "Sepertinya ini akan berakhir menjadi kurva pemulihan yang berbentuk W."

Hal senada juga diutarakan oleh Ray Attrill, ekonom dari National Australia Bank "Kepastian yang hampir mengerikan beberapa bulan ke depan untuk AS dan Eropa mengingat kasus terjangkit terkini, menjadi sentimen yang lebih dominan untuk saat ini."

Investor juga terus mengawasi perkembangan di Washington karena Trump masih menolak untuk menerima hasil hitung cepat pemilihan presiden (pilpres) AS pekan lalu dan telah memprosesnya ke jalur hukum,

Namun, Biden menganggap Trump tidak memiliki bukti pasti bahwa ada kecurangan pemilu besar-besaran.

Ketegangan tersebut memicu kekhawatiran pasar tentang masa transisi presiden AS dan juga menyebabkan pertanyaan tentang apakah anggota parlemen AS akan dapat mendorong kelanjutan paket stimulus yang sangat dibutuhkan untuk pemulihan ekonomi AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular