
Gegara Vaksin Corona, Minyak Tembus Level Tertinggi 2 Bulan

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kontrak futures minyak yang teraktif ditransaksikan lanjut reli pagi ini, Rabu (11/11/2020). Kemarin harga kontrak emas hitam terbang dan menyentuh level tertinggi dalam dua bulan menyusul kabar gembira soal vaksin Covid-19.
Pada 09.40 WIB, harga kontrak berjangka Brent naik 0,94% ke US$ 44,02/barel dan untuk kontrak futures West Texas Intermediate (WTI) harganya naik 1,11% ke US$ 41,82/barel.
Pada perdagangan kemarin (10/11/2020) harga ditutup menguat 3%. Sehari sebelumnya harga minyak bahkan melambung 8% akibat kabar kandidat vaksin Covid-19 Pfizer dan BioNTech yang dinilai memiliki tingkat keampuhan 90% dan tak menunjukkan efek samping membahayakan.
Pengumuman tersebut didasarkan pada analisa awal hasil uji klinis tahap akhir kandidat vaksin Covid-19 buatan kedua raksasa farmasi tersebut. Pfizer dan BioNTech menjadi pengembang pertama yang melaporkan hasil uji klinis tahap akhir.
Harga minyak melonjak lagi Selasa sore setelah direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS Anthony Fauci mengatakan sejumlah dosis vaksin akan tersedia untuk orang-orang dengan prioritas tertinggi pada bulan Desember.
"Ini menyiratkan bahwa pada suatu saat di tahun depan, orang mungkin dapat pergi berlibur, yang berarti kita akan melihat permintaan yang lebih besar untuk bahan bakar jet," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho, sebagaimana diwartakan Reuters.
Bagaimanapun juga vaksinasi masal kemungkinan akan memakan waktu berbulan-bulan dan harus mendapatkan persetujuan dari otoritas terkait. Sementara itu, lockdown baru di Eropa dan meningkatnya kasus infeksi Covid-19 di Amerika Serikat masih mengganggu permintaan bahan bakar.
Data dari TomTom sebuah perusahaan teknologi geolokasi menunjukkan lalu lintas di London, Paris dan Madrid turun tajam pada November setelah mencapai puncaknya pada Oktober.
Meskipun kasus infeksi Covid-19 terus melonjak, harga juga didorong oleh komentar dari menteri energi Arab Saudi yang mengatakan bahwa Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya (OPEC+) dapat mengubah pakta pasokan mereka jika permintaan merosot sebelum vaksin tersedia.
Jika mengacu pada pakta sebelumnya, OPEC+ setuju untuk memotong pasokan 7,7 juta barel per hari (bph) dari Agustus hingga Desember dan kemudian mengurangi pemotongan sekitar 2 juta barel per hari pada Januari.
Namun di tengah merosotnya permintaan minyak akibat penerapan kembali lockdown dan peningkatan pasokan minyak dari Libya kemungkinan besar strategi peningkatan pasokan 2 juta bph mulai awal tahun depan tak akan ditempuh oleh para kartel ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Minyak Sudah Terbang 15% Lebih, Kini Tunggu Keputusan OPEC+