
Vaksin Pfizer Disebut Ampuh, Harga Minyak Malah Kepeleset!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar vaksin Covid-19 Pfizer yang positif memang mampu mengangkat harga minyak mentah di pasar. Namun fundamental yang lemah serta maraknya lockdown masih jadi mimpi buruk yang menekan harga emas hitam.
Selasa (10/11/2020) harga kontrak minyak mentah drop lebih dari 1% setelah kemarin melesat 8%. Kontrak Brent turun 1,27% ke US$ 41,86/barel sementara kontrak West Texas Intermediate (WTI) ambles 1,49% ke US$ 39,69/barel.
Harga minyak terbang akibat adanya pengumuman vaksin buatan Pfizer yang efektif menangkal Covid-19 hingga lebih dari 90% tanpa efek samping yang berbahaya.
JP Morgan dalam sebuah catatan mengatakan vaksin akan menjadi game changer untuk pasar minyak yang setengahnya bergantung pada mobilitas orang dan barang. Namun bank investasi global itu juga menggarisbawahi ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan adalah hal yang penting untuk mendongkrak harga.
Rystad Energy mengatakan lockdown di Eropa dapat mengakibatkan hilangnya 1 juta barel per hari permintaan minyak lagi pada akhir tahun ini. Waktunya bahkan tinggal satu bulan lagi dan vaksin pun tetap belum tersedia.
"Pelacakan cepat beberapa vaksin tidak mengurangi risiko bahwa banyak negara bagian AS harus kembali ke lockdown pada musim gugur/musim dingin ini," kata kepala pasar minyak Rystad Energy Bjornar Tonhaugen, melansir Reuters.
Rilis data persediaan minyak AS dari American Petroleum Institute (API) akan keluar pada hari Selasa ini waktu setempat sementara untuk rilis resmi dari pemerintah yaitu dari Administrasi Informasi Energi akan disampaikan pada Rabu.
Lima analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan secara rata-rata stok minyak mentah AS turun 1,3 juta barel dalam sepekan hingga 6 November.
Kemarin, menteri energi Arab Saudi mengatakan bahwa Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya (OPEC+) dapat mengubah pakta pengurangan pasokan mereka jika permintaan merosot sebelum vaksin tersedia.
Sebelumnya OPEC+ setuju untuk memotong pasokan 7,7 juta barel per hari dari Agustus hingga Desember dan kemudian mengurangi pemotongan menjadi 5,7 juta barel per hari dari Januari.
Peran OPEC+ dalam menentukan kebijakan produksi minyak mereka sangatlah krusial bagi harga emas hitam. Pasalnya jika OPEC+ gagal untuk mencapai kesepakatan dan terjadi konflik harga minyak bisa terperosok dalam lagi.
Selain lockdown yang membuat permintaan akan bahan bakar kembali tertekan, pasar juga mencemaskan kenaikan output dari para produsen terutama dari Libya yang bakal menambah supply sebesar 1 juta barel per hari dalam waktu dekat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentimen Vaksin Pfizer, Katalis Tambahan Bagi Emiten Farmasi