
Tekanan ke Industri Semen Masih Keras, Pasar Drop Sampai 9%

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) menyebutkan sepanjang tahun ini pertumbuhan penjualan semen secara nasional berada pada posisi -9% hingga akhir September 2020 lalu. Hal ini disebabkan karena turunnya permintaan di mayoritas wilayah Indonesia akibat pandemi Covid-19.
Direktur Utama Indocement Christian Kartawijaya mengatakan penjualan semen tahun ini hanya bergantung pada permintaan seperti untuk pembangunan infrastruktur di Sumatera, pembangunan smelter dan infrastruktur di Sulawesi dan Papua.
Namun kontribusi wilayah ini masih sangat kecil mengingat permintaan semen dalam negeri saat ini masih bergantung pada Pulau Jawa dengan kontribusi 54,7% di tahun ini, turun dari tahun lalu 56,4% dari total konsumsi semen nasional hingga akhir periode yang sama.
"Data terakhir market sampai year to date Oktober -9,7%. Kalau over the month Oktober -15%, cukup besar," kata Christian dalam paparan publik virtual, Selasa (10/11/2020).
Sedangkan kinerja perusahaan sepanjang Januari-September lalu volume penjualan turun 9,7% menjadi 12,19 juta ton dibanding periode yang sama tahun lalu yang sebanyak 13,50 juta ton. Penurunan volume penjualan ini juga diperparah dengan harga rata-rata penjualan lebih rendah di tahun ini.
Sehingga pendapatan perusahaan tergerus 10,6% secara year on year (YoY) menjadi sebesar Rp 10,14 triliun dibanding dengan pendapatan pada akhir September 2019 yang sebesar 11,34 triliun.
Laba bersih juga terpaksa mengalami penurunan 5% YoY menjadi sebesar Rp 1,11 triliun dari posisi akhir kuartal ketiga tahun lalu yang sebesar Rp 1,17 triliun.
Hingga akhir kuartal ketiga 2020 ini, nilai kas dan setara kas perusahaan berada pada posisi Rp 6,8 triliun. Tahun ini perusahaan memperkirakan akan menganggarkan belanja modal senilai Rp 1 triliun, dengan biaya yang telah dikeluarkan sampai September lalu Rp 679 miliar.
Menperin Agus Gumiwang sebelumnya mengatakan produksi industri semen, pada triwulan III-2020 sebesar 18,1 juta ton, atau naik 42,09% (qtoq). Namun secara rata-rata per tahun yoy masih turun 9%. Ia meyakini titik terendah sudah terjadi pada triwulan III-2020.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Banyak Pabrik Semen Nganggur Gegara Corona, Jadi Gimana Nih?