Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun berjaya di perdagangan pasar spot.
Pada Senin (9/11/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.172. Rupiah menguat tajam 1,04% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.
Rupiah juga hijau di 'arena' pasar spot. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.120 di mana rupiah menguat 0,49%.
Seperti halnya rupiah, mayoritas mata uang utama Asia juga menguat di hadapan dolar AS. Rupiah masih jadi mata uang terbaik Asia, tetapi kini takhta itu harus dibagi dengan won Korea Selatan.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:03 WIB:
Well, tidak Cuma di Asia, dolar AS memang lemas di level dunia. Pada pukul 09:06 WB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,06%.
Mata uang Negeri Paman Sam masih belum bisa lepas dri tren pelemahan. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index terpangkas hampir 1,5%. Bahkan sejak awal bulan ini koreksinya nyaris 2%.
Kemenangan Joseph 'Joe' Biden di pemilihan presiden (pilpres) membuat dolar AS tertekan. Kehadiran Biden di Gedung Putih diperkirakan membuat suasana di Washington lebih adem, tidak membara seperti empat tahun masa pemerintahan Donald Trump.
Sejak terpilih pada 2016, Trump memang doyan 'tempur'. Sasaran utama eks taipan properti itu adalah China. Merasa bahwa berdagang dengan China tidak adil, berat sebelah, Trump mengenakan bea masuk terhadap importasi ribuan produk asal Negeri Panda.
Ini yang menjadi sebab-musabab perang dagang AS vs China. Pendekatan America First juga menyeret AS ke arena perang dagang dengan negara-negara lain seperti Meksiko, Kanada, sampai Uni Eropa.
Pemerintahan Biden diperkirakan akan berbeda. Jeffrey Prescott, anggota tim kampanye Biden, mengungkapkan pemerintahan Biden akan berkonsultasi kepada negara-negara sekutu AS untuk menentukan nasib bea masuk atas produk-produk China. Jika negara-negara sekutu kontra terhadap kebijakan itu, maka bukan tidak mungkin akan dicabut.
"Kesalahan pemerintahan Trump adalah memutuskan segala sesuatu sendirian. Beliau (Biden) tidak akan mengambil keputusan prematur, kami akan berkonsultasi dengan negara-negara sekutu," kata Prescott dalam wawancara dengan Reuters.
Euforia perubahan ini membuat pelaku pasar bergairah. Aset-aset berisiko di negara berkembang terus menjadi buruan, sementara aset aman seperti dolar AS ditinggalkan. Sepanjang euforia ini terus terjadi, maka ruang penguatan rupiah masih terbuka lebar.
TIM RISET CNBC INDONESIA