
Biden Menang, Rupiah Garang!

Seiring euforia kemenangan Biden, sepertinya investor bakal semakin bernafsu memburu aset-aset berisiko. Artinya, dolar AS akan kian ditinggalkan sehingga depresiasi menjadi sebuah keniscayaan.
Dengan kelesuan dolar AS yang kemungkinan masih akan terjadi, rupiah punya ruang untuk terus menguat. Meski sepanjang pekan ini sudah terapresiasi nyaris 3%, rasanya laju penguatan rupiah masih belum akan berhenti.
"Untuk saat ini, sepertinya sentimen negatif terhadap dolar AS akan berlanjut hingga beberapa pekan ke depan," tambah Joe Manimbo, Senior Market Analyst Western Union Business Solutions, seperti dikutip dari Reuters.
Apalagi fundamental makroekonomi yang menyokong rupiah juga semakin baik. Laju inflasi domestik masih lambat, hingga Oktober hanya 1,44% year-on-year (YoY). Ini membuat berinvestasi di rupiah menjadi menguntungkan, karena tidak terlalu 'termakan' oleh inflasi.
Kemudian, transaksi berjalan (current account) juga kemungkinan akan mencatatkan surplus pada kuartal III-2020, surplus pertama sejak 2011. Tandanya pasokan devisa dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa sangat memadai, tidak lagi kekurangan. Devisa dari pos ini akan mampu membantu penguatan rupiah, karena tidak mudah keluar-masuk seperti investasi portofolio di sektor keuangan alias hot money.
"Seharusnya (rupiah) bisa memiliki ruang untuk terus menguat sejalan dengan neraca perdagangan yang membukukan surplus dalam beberapa bulan terakhir. Bank Indonesia akan memberikan ruang (penguatan) rupiah untuk berlanjut sesuai nilai fundamentalnya," kata Nanang Hendarsah, Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
