Tak Peduli RI Resesi, IHSG Terbang 3%! Asing Masuk Rp 929 M

tahir saleh, CNBC Indonesia
05 November 2020 15:14
Ilustrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melesat 3,04% di level 5.260,33 pada perdagangan Kamis sore ini (5/11/2020) di tengah sentimen pengumuman RI masuk resesi dan pemilihan presiden Amerika Serikat (Pilpres AS).

Untuk pertama kalinya pekan ini, asing akhirnya mencatatkan net buy atau beli bersih sebesar Rp 929,31 miliar di pasar reguler, sementara di pasar nego dan tunai terjadi jual bersih (net sell) Rp 241,50 miliar.

Data BEI menunjukkan, nilai transaksi mencapai Rp 9,64 triliun dengan 320 saham menguat, 140 saham melorot, dan sisanya 150 saham stagnan.

Penguatan IHSG sudah tampak pada penutupan sesi I ketika indeks acuan utama pasar saham RI ini juga menguat tajam 1,85% ke 5.199,691. Sebelumnya, IHSG bahkan menyentuh level 5.217,19 atau melesat 2,19%.

Hasil sementara pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan keunggulan calon Partai Demokrat, Joseph 'Joe' Biden dari lawannya petahana Partai Republik, Donald Trump, memberikan tenaga bagi IHSG untuk menguat.

Berdasarkan data dari NBC News, hingga siang ini, Biden memperoleh 253 electoral vote, artinya masih butuh 17 electoral vote lagi untuk memenangi pilpres. Sementara itu Trump sampai saat ini memenangi 214 electoral vote. Untuk memenangi pilpres diperlukan 270 electoral vote.

Tim Riset CNBC Indonesia menilai, kemenangan Joe Biden akan berdampak positif bagi negara-negara emerging market, sebab perang dagang AS-dengan China kemungkinan akan berakhir.

Selain itu Biden juga berencana menaikkan pajak korporasi serta stimulus fiskal yang lebih besar, sehingga ada potensi capital inflow ke negara emerging market seperti Indonesia.

Sementara itu dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal III-2020 mengalami kontraksi atau tumbuh negatif 3,49% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).

Ini menjadi kontraksi kedua setelah kuartal sebelumnya output ekonomi tumbuh negatif 5,32% YoY. Republik Indonesia (RI) sah masuk jurang resesi untuk kali pertama sejak 1999.

Realisasi ini lebih dalam dibandingkan estimasi pasar. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi tumbuh -3,13% YoY sementara konsensus Reuters berada di -3% YoY.

"Perekonomian di berbagai negara pada triwulan III lebih baik dibandingkan dengan triwulan II. Namun masih ada kendala karena tingginya kasus Covid-19. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi dalam triwulan-triwulan mendatang. Perekonomian beberapa negara mitra dagang Indonesia pada triwulan III masih terkontraksi, tetapi tidak sedalam triwulan II," papar Suhariyanto, Kepala BPS.

Secara kuartalan (quarter-to-quarter/QtQ), BPS melaporkan PDB Indonesia mampu tumbuh positif 5,05% pada kuartal III-2020. Namun pertumbuhan ekonomi secara kumulatif Januari-September 2020 (cummulative-to-cummulative/CtC) adalah -2,03%.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular