
Di Balik Laba Telkom Rp 16,7 T, Ternyata Ini Penopangnya

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) mencatatkan kenaikan laba bersih tipis 1,33% periode Januari-September 2020 dari periode yang sama tahun lalu atau year on year (yoy).
Tercatat laba bersih perusahaan menjadi Rp 16,67 triliun atau hampir Rp 17 triliun, naik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang senilai Rp 16,45 triliun.
Kenaikan laba bersih ini terjadi kendati pendapatannya turun 2,62% YoY menjadi Rp 99,94 triliun pada akhir September 2020. Sedangkan pada September 2019 pendapatan perusahaan tercatat Rp 102,63 triliun.
Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah mengatakan tahun ini perusahaan fokus untuk meningkatkan layanan kepada pengguna dan tingkat profitabilitas perusahaan. Hal ini tercermin dari EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) yang meningkat 7,1% menjadi Rp 53,59 triliun.
"Dalam kurun sembilan bulan berjalan di tahun 2020, Telkom mampu mencatat kinerja yang baik dan sehat dengan terus fokus pada peningkatan layanan dan tingkat profitabilitas," kata Ririek dalam keterangan resminya, Kamis (5/11/2020).
"Pencapaian ini tidak lepas dari kontribusi IndiHome yang menjadi salah satu mesin utama pertumbuhan pendapatan Perseroan, selain bisnis mobile data yang tetap tumbuh dengan baik. Hal ini sejalan dengan fokus bisnis perusahaan pada tiga domain bisnis digital, yakni connectivity, platform dan services," katanya lagi.
Penyumbang pendapatan terbesar yakni dari anak usahanya yakni PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) yang bergerak di segmen bisnis mobile yang berkontribusi 73,2% pada pendapatan perusahaan hingga akhir kuartal ketiga tahun ini.
Tercatat Telkomsel menyumbang Rp 47,66 triliun, naik 10,6% secara tahunan (YoY).
Kenaikan ini didorong dengan pertumbuhan pelanggan sebesar 4,6% YoY menjadi 117,3 juta. Konsumsi layanan data tumbuh 42,5% YoY dan lalu lintas data meningkat 39,6% menjadi 6.681.637 terabyte.
Dari layanan fixed broadband triple play, IndiHome tercatat kenaikan pendapatan 17,1% menjadi Rp 16,11 triliun.
Terjadi kenaikan jumlah pelanggan sebanyak 752 sepanjang tahun ini atau mencapai total lebih dari 7,76 juta pelanggan. Ditargetkan tahun ini jumlah pelanggannya bisa mencapai 8 juta hingga akhir tahun.
Dari segmen Wholesale and International Business terjadi pertumbuhan pendapatan 24,9% YoY menjadi Rp 10,2 triliun. Pencapaian ini terutama didorong oleh peningkatan bisnis menara telekomunikasi dan Voice Wholesale.
Pada akhir Oktober lalu, Telkom menata kembali portfolio bisnis menara telekomunikasi melalui pengalihan kepemilikan 6.050 menara Telkomsel ke sister company, PT Dayamitra Telekomunikasi atau Mitratel.
Hal ini ditujukan guna menjadi value generator di bisnis menara telekomunikasi untuk menyambut kehadiran teknologi 5G dan menjadikan Mitratel sebagai penyedia menara telekomunikasi terbesar di dalam negeri.
Direktur Keuangan Telkom Heri Supriadi mengatakan hingga akhir September lalu perusahaan telah menggunakan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 17,9 triliun. Dana ini sebagian besar digunakan untuk penguatan infrastruktur.
Dia menilai, di tengah masa pandemi ini menjadi peluang perusahaan untuk meningkatkan digital connectivity dan digital platform di perusahaan.
Data BEI mencatat, saham Telkom pada penutupan sesi I, Kamis ini (5/11), naik 5,43% di posisi Rp 2.720/saham dengan nilai transaksi Rp 465,60 miliar dan volume perdagangan 173,75 juta saham.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Telkom Bagi Dividen Rp 154/saham, Catat Jadwalnya!
