Analisis Teknikal

RI Resesi! Penguatan IHSG "Off Side", Waspada Profit Taking

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 November 2020 13:07
Aktivitas perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (16/1/2018). Pasca ambruknya koridor lantai 1 di Tower 2 Gedung BEI kemarin (15/1/2018), hari ini aktifitas perdagangan saham kembali berjalan normal
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tajam 1,85% ke 5.199,691 pada perdagangan sesi I Kamis (5/11/2020). Sebelumnya, IHSG bahkan menyentuh level 5.217,19 atau melesat 2,19%.

Hasil sementara pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan keunggulan calon Partai Demokrat, Joseph 'Joe' Biden dari lawannya petahana Partai Republik, Donald Trump, memberikan tenaga bagi IHSG untuk menguat.

Berdasarkan data dari NBC News, hingga siang ini, Biden memperoleh 253 electoral vote, artinya masih butuh 17 electoral vote lagi untuk memenangi pilpres. Sementara itu Trump sampai saat ini memenangi 214 electoral vote. Untuk memenangi pilpres diperlukan 270 electoral vote.

Kemenangan Joe Biden akan berdampak positif bagi negara-negara emerging market, sebab perang dagang AS-dengan China kemungkinan akan berakhir.

Selain itu Biden juga berencana menaikkan pajak korporasi serta stimulus fiskal yang lebih besar, sehingga ada potensi capital inflow ke negara emerging market seperti Indonesia.

Sementara itu dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal III-2020 mengalami kontraksi atau tumbuh negatif 3,49% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).

Ini menjadi kontraksi kedua setelah kuartal sebelumnya output ekonomi tumbuh negatif 5,32% YoY. Republik Indonesia (RI) sah masuk jurang resesi untuk kali pertama sejak 1999.

Realisasi ini lebih dalam dibandingkan estimasi pasar. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi tumbuh -3,13% YoY sementara konsensus Reuters berada di -3% YoY.

"Perekonomian di berbagai negara pada triwulan III lebih baik dibandingkan dengan triwulan II. Namun masih ada kendala karena tingginya kasus Covid-19. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi dalam triwulan-triwulan mendatang. Perekonomian beberapa negara mitra dagang Indonesia pada triwulan III masih terkontraksi, tetapi tidak sedalam triwulan II," papar Suhariyanto, Kepala BPS.

Secara kuartalan (quarter-to-quarter/QtQ), BPS melaporkan PDB Indonesia mampu tumbuh positif 5,05% pada kuartal III-2020. Namun pertumbuhan ekonomi secara kumulatif Januari-September 2020 (cummulative-to-cummulative/CtC) adalah -2,03%.

Kombinasi data PDB yang sedikit lebih buruk dari ekspektasi, dan penguatan tajam IHSG tentunya berisiko memicu aksi ambil untung (profit taking).

Secara teknikal, penguatan IHSG "off side" alias melewati target 5.200 hari ini. Oleh karena itu, bursa kebanggaan Tanah Air ini rentang diterpa aksi profit taking.

Indikator Stochastic pada grafik 1 jam mulai masuk wilayah jenuh beli (overbought). 

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

jkseGrafik: IHSG Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic yang berada di wilayah overbought memperbesar risiko koreksi.

Selama tertahan di bawah 5.200, IHSG berisiko turun ke kisaran 5.163 yang merupakan Fibonnaci Retracement 50%.

Fibonnaci tersebut ditarik dari level tertinggi September 2019 di 6.414 ke level terlemah tahun ini 3.911 pada grafik harian.

jkseGrafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv

Jika Fib. Retracement 50% itu ditembus, IHSG berisiko turun ke Rp 5.130.

Sementara jika berhasil kembali ke atas 5.200 dan bertahan di atasnya, IHSG bepeluang memguat ke Rp 5.230.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Malu Sama Bursa Tetangga, Yuk IHSG Menguat Lagi!

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular