Jeblok Parah, Masih Yakin Harga Emas Naik Usai Pilpres AS?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 November 2020 17:22
Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia jeblok pada perdagangan Rabu (4/11/2020) setelah membukukan penguatan 3 hari beruntun.

Di awal perdagangan hari ini memang emas sempat menguat, tetapi kemudian berbalik merosot setelah pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) kemungkinan menunjukkan hasil yang berbeda dari survei.

Melansir data Refinitiv, harga emas pagi tadi sempat menguat 0,4% kemudian berbalik merosot 1,34% ke US$ 1.882,79/troy ons, sebelum diperdagangkan di level 1.892,21/troy ons, melemah 0,83% pada pukul 16:23 WIB.

Pagi tadi hasil sementara pilpres di AS menunjukkan calon presiden dari Partai Demokrat, Joseph 'Joe' Biden, unggul jauh dari lawannya petahana dari Partai Republik Donald Trump. Namun, hingga siang ini Trump berhasil mengejar.

Kemenangan Joe Biden akan menguntungkan bagi emas, sebab stimulus fiskal, bahan bakar untuk emas menguat, nilainya akan lebih besar.

Nancy Pelosi, ketua House of Representative (DPR) dari Partai Demokrat sebelumnya mengajukan stimulus fiskal dengan nilai US$ 2,2 triliun, yang tidak disepakati oleh Pemerintahan Trump, dan ditolak oleh Partai Republik.

Semakin besar stimulus artinya semakin banyak uang yang beredar di perekonomian, secara teori dolar AS akan melemah. Selain itu, inflasi juga berpotensi meningkat.

Emas akan diuntungkan dari 2 sisi. Yang pertama saat dolar AS melemah harga emas akan menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga permintaan berpotensi meningkat, harganya pun naik. Yang kedua, secara tradisional emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi, sehingga ketika inflasi naik emas akan diburu investor.

Kemenangan Biden sepertinya tidak akan didapat dengan mudah. Berdasarkan data dari AP, hingga pukul 15:00 WIB Joe Biden unggul dengan memperoleh 238 electoral vote sementara Trump 213. Diperlukan minimal 270 electoral vote untuk memenangi pilpres di AS.

Trump kini unggul di beberapa negara bagian yang masih belum selesai perhitungan suaranya.

Battleground kini ada di Negara Bagian Pennsylvania, dengan jumlah suara yang masuk baru 64%, dan memiliki electoral vote sebanyak 20. Satu lagi di Negara Bagian Michigan, dengan suara masuk sebanyak 69%, dan memiliki electoral vote sebanyak 16.

Artinya jika Biden mampu menang di 2 negara bagian tersebut, maka ia akan menjadi Presiden AS ke-46. Trump masih unggul dengan 55,7% di Pennsylvania dan 52,2% di Michigan, tetapi masih belum semua suara masuk ke perhitungan.

Presiden Trump malah sudah mengklaim kemenangannya, sebelum perhitungan suara berakhir.

"Jutaan dan jutaan orang memilih kami malam ini. Dan sekelompok orang yang sangat menyedihkan sedang mencoba mencabut hak pilih dari kelompok orang itu. Dan kami tidak akan mendukungnya," kata Trump di Ruang Timur Gedung Putih, sebagaimana dilansir CNBC International.

"Kita sudah bersiap untuk perayaan besar. Kita menang segalanya, dan tiba-tiba itu semua dibatalkan," tambahnya.

Trump juga berencana menggugat hasil pilpres ke Mahkamah Konstitusi untuk menghentikan perhitungan suara. Seandainya perhitungan dihentikan, tentunya Trump akan unggul di Pennsylvania dan Michigan, dan melanjutkan periode kedua pemerintahnnya.

Trump sepertinya bermaksud menghentikan penghitungan surat suara via pos yang dapat diterima secara hukum oleh dewan pemilihan negara-negara bagian setelah pemilihan hari Selasa (3/11/2020), asalkan dikirim tepat waktu.

Pilpres saat ini sepertinya masih belum akan berakhir cepat, dan kembali muncul ketidakpastian di pasar. Bursa saham pun berbalik rontok, terlihat dari pergerakan indeks saham di Eropa, kemudian indeks saham AS berjangka (futures) yang stagnan, padahal pagi tadi sempat menguat tajam.

Emas akhirnya ikut terseret bursa saham yang berbalik arah, sama dengan kejadian di bulan Maret lalu, 2 aset yang memiliki status berlawanan ini malah bergerak seirama.

Volatilitas tinggi atau pergerakan naik turun dengan signifikan dalam waktu singkat yang dialami emas akibat pilpres AS sudah diprediksi sebelumnya.

"Kami memperkirakan volatlitas di pasar akan meningkat dalam 72 jam, ke depan. Jadi, para investor akan memburu emas dan perak sebagai safe haven," kata Philip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (2/11/2020).

Streible memperkirakan jika hasil pilpres tidak jelas, maka emas dunia akan kembali menyentuh level US$ 1.940/troy ons.

"Jika hasil pilpres tidak jelas siapa pemenangnya, kita akan melihat emas kembali ke US$ 1.940/troy ons. Namun, siapapun pemenangnya, stimulus fiskal akan tetap dilanjutkan, bank sentral akan menambah pembelian aset, suku bunga masih akan rendah dalam waktu yang cukup lama," tambahnya.

Artinya, siapapun pemenangnya, stimulus fiskal dan moneter akan tetap ada guna membangkitkan perekonomian. Hal itu membuat para analis melihat emas akan tetap menguat meski Trump melanjutkan periode kedua pemerintahannya, atau ada pemerintahan baru di bawah Joe Biden.

"Kita akan mendapat stimulus triliunan dolar AS yang pada akhirnya akan berdampak positif bagi emas," kata Rasteh dalam acara Squawk Box CNBC International Selasa (3/11/2020).

Tidak hanya Rasteh, sebelumnya pialang komoditas senior RJO Futures yang berbasis di Chicago, Bob Haberkorn juga memprediksi emas akan menguat setelah pilpres AS usai.
Ada juga Andy Hecht partner di bubbatrading.com yang mengatakan siapa pun pemenang pilpres emas akan tetap menguat.

Tetapi jika Biden yang memenangi pilpres akan lebih menguntungkan bagi emas, sebab menurut Hetch nilai stimulus yang akan digelontorkan lebih besar.

Hal senada juga diungkapkan Mike McGlone ahli strategi komoditas senior di Bloomberg Intelligence. Ia mengatakan emas saat ini sedang memulai tren penguatan 20 tahun lalu, atau yang disebut supercycle.

"Saya melihat emas saat ini memiliki kesamaan dengan tahun 2001 ketika memulai tren kenaikan. Emas saat ini memulai lagi tren bullish yang dimulai 20 tahun lalu," kata McGlone sebagaimana dilansir Kitco.

McGlone mengatakan selama periode pemerintahan Trump emas sudah melesat 50%, dan siapa pun yang memerintah di AS selanjutnya ia melihat emas akan kembali mencetak kenaikan 50%.

Sama dengan Hetch, McGlone juga menilai emas akan lebih diuntungkan Joe Biden dan Partai Demokrat memenangi pemilihan umum kali ini.

Tetapi, pilpres sepertinya akan panjang selesainya, apalagi jika ada gugatan ke Mahkamah Konstitusi dari salah satu pihak. Jika itu terjadi, emas kemungkinan kembali bergerak naik-turun.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular