Yang Lain Segini Doang? Masa Rupiah Menguat Sendirian?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 November 2020 10:12
Ilustrasi Penukaran Uang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Penukaran Uang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun melesat di perdagangan pasar spot.

Pada Rabu (4/11/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.557. Rupiah menguat 0,36% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Di pasar spot, rupiah pun hijau. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.480 di mana rupiah menguat 0,62%.

Lebih menarik lagi, ternyata tidak ada mata uang utama Asia yang bisa menguat di hadapan dolar AS. Kalau tidak stagnan ya melemah. Rupiah yang menguat sendirian praktis jadi juara Asia yang tidak terbantahkan.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:05 WIB:

Investor, terutama asing, memang sedang getol memburu aset-aset keuangan di pasar keuangan Tanah Air. Di pasar obligasi pemerintah, kepemilikan asing per 27 Oktober 2020 tercatat Rp 954,95 triliun. Bertambah Rp 21,8 triliun (2,34%) dibandingkan posisi akhir September.

Faktor domestik dan eksternal menjadi penyebab derasnya arus modal asing mengalir ke Indonesia. Dari dalam negeri, sepertinya pengesahan UU Cipta Kerja (Ciptaker) memegang peranan penting.

"Mungkin dampak positif UU ini baru terasa seiring waktu, tetapi akan membantu meningkatkan daya saing Indonesia dalam menarik investasi asing. Pengesahan UU Ciptaker juga menunjukkan komitmen pemerintah untuk melakukan reformasi di tengah kondisi yang sangat menantang," kata Wellian Wiranto, Ekonom OCBC, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Sementara dari sisi eksternal, mood pelaku pasar terhadap aset-aset berisiko (termasuk di negara berkembang seperti Indonesia) sedang tinggi. Ini karena sepertinya hasil pemilihan presiden (pilpres) AS sesuai dengan ekspektasi.

Per pukul 09:27 WIB, calon dari Partai Demokrat Joseph 'Joe' Biden unggul sementara atas sang petahana Donald Trump yang diusung Partai Republik. Biden memperoleh 122 suara elektoral, berbanding 92 untuk Trump. Padahal Trump unggul suara populer, 26.803.215 suara berbanding 26.022.256 suara.

pilpresGuardian

Ya, tidak bisa dipungkiri pelaku pasar lebih condong ke Biden ketimbang Trump. Apalagi kalau Blue Wave bisa terwujud, Partai Demokrat menyapu bersih eksekutif dan legislatif.

Dengan demikian, perbedaan pendapat runcing antara Gedung Putih dan Capitol Hill semasa pemerintahan Trump bisa dihilangkan. Kebijakan pemerintah yang selama ini kerap mentok kala harus mendapatkan restu dari House of Representatives kemungkinan tidak lagi terjadi.

Friksi semacam ini yang membuat stimulus fiskal sulit disahkan. Padahal rakyat AS sangat butuh stimulus untuk membantu mengatasi dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

"Meski jarak kedua calon menyempit, yang membuat posisi Biden menjadi sulit, tetapi pasar sepertinya punya pandangan hasil akhir akan bisa didapat dalam waktu singkat. Namun jika pihak yang kalah tidak terima dan menggugat hasil pilpres ke jalur hukum, maka akan terjadi volatilitas di pasar," kata Randy Frederick, Vice President Charles Schwab yang berbasis di Texas, seperti dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular