
Yang Lain Segini Doang? Masa Rupiah Menguat Sendirian?

Investor, terutama asing, memang sedang getol memburu aset-aset keuangan di pasar keuangan Tanah Air. Di pasar obligasi pemerintah, kepemilikan asing per 27 Oktober 2020 tercatat Rp 954,95 triliun. Bertambah Rp 21,8 triliun (2,34%) dibandingkan posisi akhir September.
Faktor domestik dan eksternal menjadi penyebab derasnya arus modal asing mengalir ke Indonesia. Dari dalam negeri, sepertinya pengesahan UU Cipta Kerja (Ciptaker) memegang peranan penting.
"Mungkin dampak positif UU ini baru terasa seiring waktu, tetapi akan membantu meningkatkan daya saing Indonesia dalam menarik investasi asing. Pengesahan UU Ciptaker juga menunjukkan komitmen pemerintah untuk melakukan reformasi di tengah kondisi yang sangat menantang," kata Wellian Wiranto, Ekonom OCBC, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Sementara dari sisi eksternal, mood pelaku pasar terhadap aset-aset berisiko (termasuk di negara berkembang seperti Indonesia) sedang tinggi. Ini karena sepertinya hasil pemilihan presiden (pilpres) AS sesuai dengan ekspektasi.
Per pukul 09:27 WIB, calon dari Partai Demokrat Joseph 'Joe' Biden unggul sementara atas sang petahana Donald Trump yang diusung Partai Republik. Biden memperoleh 122 suara elektoral, berbanding 92 untuk Trump. Padahal Trump unggul suara populer, 26.803.215 suara berbanding 26.022.256 suara.
![]() |
Ya, tidak bisa dipungkiri pelaku pasar lebih condong ke Biden ketimbang Trump. Apalagi kalau Blue Wave bisa terwujud, Partai Demokrat menyapu bersih eksekutif dan legislatif.
Dengan demikian, perbedaan pendapat runcing antara Gedung Putih dan Capitol Hill semasa pemerintahan Trump bisa dihilangkan. Kebijakan pemerintah yang selama ini kerap mentok kala harus mendapatkan restu dari House of Representatives kemungkinan tidak lagi terjadi.
Friksi semacam ini yang membuat stimulus fiskal sulit disahkan. Padahal rakyat AS sangat butuh stimulus untuk membantu mengatasi dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
"Meski jarak kedua calon menyempit, yang membuat posisi Biden menjadi sulit, tetapi pasar sepertinya punya pandangan hasil akhir akan bisa didapat dalam waktu singkat. Namun jika pihak yang kalah tidak terima dan menggugat hasil pilpres ke jalur hukum, maka akan terjadi volatilitas di pasar," kata Randy Frederick, Vice President Charles Schwab yang berbasis di Texas, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)