Biden Unggul Sementara, IHSG Mulai Euforia! TLKM-BBCA Diburu

Tri Putra, CNBC Indonesia
04 November 2020 09:21
President Donald Trump and Democratic candidate former Vice President Joe Biden both speak during the first presidential debate Tuesday, Sept. 29, 2020, at Case Western University and Cleveland Clinic, in Cleveland, Ohio. (AP Photo/Patrick Semansky)
Foto: Presiden Donald Trump (kiri) dan calon presiden dari Partai Demokrat, mantan Wakil Presiden Joe Biden (kanan) dengan moderator Chris Wallace dari Fox News (tengah) saat debat calon presiden AS di Case Western University dan Cleveland Clinic, di Cleveland, Ohio, Selasa (29/9/2020). (AP / Patrick Semansky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Rabu (4/11/20) dibuka di zona hijau naik 0,22% di level 5.170,82.

Selang 13 menit terpantau IHSG masih menghijau 0,39% di level 5.178,91 setelah dilaksanakanya pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) di mana exit poll sementara mengunggulkan kandidat Partai Demokrat Joe Biden.

Sementara ini total electoral vote Biden unggul 85 melawan electoral vote Trump sebanyak 72. Sementara itu battleground states yang exit poll-nya belum selesai terbagi di antara kedua kandidat. Biden sementara unggul di Texas dan North Carolina, sementara Trump unggul di Florida dan Michigan.

Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi beli bersih sebanyak Rp 15 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 1 triliun.

Saham yang paling banyak dilego asing hari ini adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan jual bersih sebesar Rp 20 miliar dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 20 miliar.

Sementara itu saham yang paling banyak dikoleksi asing hari ini adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan beli bersih sebesar Rp 33 miliar dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan net buy sebesar Rp 25 miliar.

Bursa saham Amerika Serikat (Wall Street) melesat lagi pada perdagangan Selasa waktu setempat, saat warga memberikan suara mereka dalam pilpres 2020.

Indeks Dow Jones memimpin penguatan dengan melesat 2,06% ke 27.480,03, disusul indeks Nasdaq 1,85% ke 11.160,57, dan S&P 500 1,78% ke 3.369,16.

Dengan penguatan tersebut, Wall Street melanjutkan reli sejak Senin lalu, setelah membukukan kinerja mingguan terburuk sejak Maret lalu. Pada pekan lalu, indeks Dow Jones dan S&P 500 ambrol 6,5% dan 5,6%, sementara Nasdaq merosot lebih dari 5%.

Pilpres AS akhirnya segera mengakhiri ketidakpastian siapa yang akan menjadi orang nomer 1 di Negeri Adi Kuasa.

"Pada akhirnya, pasar ingin kejelasan, dan ancaman utama terhadap bursa saham pekan ini adalah munculnya gugatan pilpres, sehingga jika persaingannya ketat hingga membuka peluang menggugat, menunda, atau memperpanjang penghitungan suara, bursa saham akan berbalik turun," tutur Tom Essaye, pendiri The Sevens Report, kepada CNBC International.

Pilpres di AS akan melibatkan 94 juta suara. Pasar bertaruh Biden akan unggul telak, sehingga kecil kemungkinan muncul pertikaian mengenai hasil pilpres sehingga pemerintah ke depan bakal lebih cepat menyelesaikan stimulus tahap kedua.

"Deklarasi pemenang sudah pasti akan lebih baik bagi pasar, siapa pun pemenangnya. Jika kita bangun besok dan kita tidak memiliki kepastian siapa yang menang, itu tidak akan mengejutkan pasar," kata Art Hogan, kepala ahli strategi pasar di National Securities, sebagaimana dilansir CNBC International.

"Namun jika kita berbicara ini di pertengahan pekan depan, dan berbicara gugatan hasil atau perhitungan ulang, itu akan menjadi skenario terburuk," katanya.

Segera berakhirnya ketidakpastian di AS, investor yang sebelumnya melakukan aksi jual dikatakan kembali melakukan aksi beli, apalagi setelah Wall Street merosot sekitar 10%.

"Saat pilpres akhirnya terjadi, investor yang melakukan aksi jual karena rumor saat ini kemungkinan akan melakukan aksi beli karena berita, dan akhirnya, setelah merosot hampir 10% satu bulan terakhir, kembali terjadi aksi buy on dip," kata Jim Paulsen, kepala ahli strategi investasi di Leuthold Group.

Pilpres kali ini mempertemukan petahana dari Partai Republik Donald Trump dengan lawannya dari Partai Demokrat Joseph 'Joe' Biden.

Seandainya Trump kembali memenangi pemilu kali ini, tentunya tidak akan ada perubahan signifikan dari kebijakan yang diterapkan saat ini. Perang dagang dengan China misalnya, masih akan tetap berkobar. Kemudian, dari segi perpajakan tentunya tidak akan berubah, setelah dipangkas pada periode pemerintahannya saat ini.

Sementara jika lawannya, Joe Biden, yang memenangi pilpres, bisa dipastikan akan ada perubahan kebijakan. Perang dagang dengan China kemungkinan tidak akan berkobar, sementara pajak kemungkinan akan dinaikkan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular