Wah! Prajogo Pangestu Bakal Punya PLTP Terbesar di Dunia 2028

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
03 November 2020 17:22
PLTP (Official Website Star Energy)
Foto: PLTP (Official Website Star Energy)

Jakarta, CNBC Indonesia - Star Energy Geothermal, afiliasi PT Barito Pacific Tbk (BRPT), menargetkan peningkatan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) menjadi setidaknya sebesar 1.200 mega watt (MW) pada 2028 dari kapasitas terpasang saat ini sebesar 875 MW.

Hal tersebut disampaikan Direktur Utama Star Energy Geothermal Hendra Tan dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Selasa (03/11/2020).

Dia mengatakan, kapasitas terpasang saat ini berasal dari operasional tiga pembangkit yang dikelola perusahaan. Hal itu tak ayal menjadikan perusahaan menjadi produsen panas bumi terbesar di Indonesia. Ke depan, perusahaan milik Prajogo Pangestu ini ingin mengembangkan lebih banyak lagi proyek geothermal di Indonesia dan diharapkan juga bisa berekspansi sampai ke luar negeri.

"Di Indonesia sendiri kita ada dua konsesi lagi yang kita punyai di Maluku dan Sumatera. Potensi dua aset ini sekitar 400-600 MW. Mudah-mudahan target kita dalam 5-6 tahun bisa menjadi perusahaan geothermal terbesar di dunia dengan mengembangkan 1.200 MW di akhir 2028," tuturnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (03/11/2020).

Regulasi Hingga Teknologi, Tantangan Pengembangan Listrik Panas Bumi(CNBC Indonesia TV)Foto: Regulasi Hingga Teknologi, Tantangan Pengembangan Listrik Panas Bumi(CNBC Indonesia TV)
Regulasi Hingga Teknologi, Tantangan Pengembangan Listrik Panas Bumi(CNBC Indonesia TV)

Lebih lanjut dia mengatakan, pihaknya tidak hanya akan fokus pada bisnis geothermal saja, namun juga akan mengembangkan sumber energi lain seperti tenaga angin dan surya. Tidak terbatas di Indonesia, imbuhnya, namun juga akan melihat kesempatan bisnis di luar negeri selama menghasilkan keuntungan yang menarik.

Menurutnya, dengan beberapa akuisisi yang pihaknya lakukan akan membuat perusahaan jadi produsen panas bumi terkemuka di Indonesia dan secara kapasitas, menjadi ketiga terbesar di dunia. Dalam mengembangkan bisnis geothermal, dia mengakui ini tidak berjalan mulus saja, pihaknya pun mengalami beberapa tantangan.

Sejumlah tantangan yang dihadapi antara lain mengenai regulasi, keterbatasan infrastruktur dan teknologi, serta masalah komersial terutama mengenai tarif listrik panas bumi.

Menurutnya, kini masih diperlukan tarif listrik panas bumi dengan nilai double digit karena memiliki risiko dan biaya tinggi.

"Banyak yang tidak punya infrastruktur, jembatan, jalan yang memadai itu akibatnya biaya mengembangkan geothermal itu tinggi," ujarnya.

Seperti diketahui, pemerintah kini tengah mendorong proyek-proyek energi baru terbarukan agar segera berjalan guna mengejar target bauran energi terbarukan menjadi 23% pada 2025 dan 31% pada 2050.

Demi mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan, pemerintah kini tengah membahas Rancangan Peraturan Presiden (Perpres) tentang Tarif EBT. Pemerintah pun akan ikut melakukan pengeboran sumur eksplorasi panas bumi untuk berbagi risiko dengan pengembang.

Star Energy Geothermal pada 2017 mengakuisisi PLTP terbesar di Indonesia yang sebelumnya dikelola Chevron Geothermal senilai US$ 2,3 miliar, termasuk aset PLTP di Filipina. Kedua PLTPĀ di Indonesia yang diakuisisi itu yakni PLTP Darajat di Garut, Jawa Barat dan PLTP Salak, Sukabumi, Jawa Barat dengan total kapasitas produksi listrik 413 MW dan uap 235 MW.

Selain dua PLTP itu, Star Energy juga mengoperasikan PLTP Wayang Windu di Pangalengan, Jawa Barat dengan kapasitas 227 MW.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Star Energy Dikabarkan IPO, Begini Kata Bos Barito Pacific

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular