
Trump Diramal Lengser, Bursa Saham Asia Pesta Pora!

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia kompak ditutup di zona hijau pada perdagangan Selasa (3/11/2020) jelang pemilu presiden Amerika Serikat (AS) pada malam nanti waktu Indonesia, atau Selasa waktu AS, 3 November.
Tercatat indeks Hang Seng di Hong Kong melesat 1,96%, indeks Shanghai China terdongkrak 1,42%, indeks STI Singapura meroket 2,21% dan KOSPI Korea Selatan melonjak 1,88%.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menggembirakan, yakni naik 0,87% di level 5.159,45.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi beli bersih sebanyak Rp 300 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 7,5 triliun.
Bursa saham Asia ditutup cerah bergairah setelah data Purchasing Manager' Index (PMI) di berbagai negara yang menunjukkan pemulihan dan jelang pemilihan presiden (pilpres) AS yang akan diselenggarakan pada pagi hari ini waktu AS atau malam nanti waktu Indonesia.
Institute for Supply Management (ISM) melaporkan PMI manufaktur di bulan Oktober melesat menjadi 59,3 dari 55,4 di bulan sebelumnya. PMI di bulan Oktober tersebut merupakan yang tertinggi sejak September 2018.
Rilis tersebut menunjukkan jika momentum pemulihan ekonomi di AS masih terakselerasi di kuartal IV-2020.
Markit melaporkan PMI manufaktur zona euro naik menjadi 54,8, di bulan Oktober, dari bulan sebelumnya 53,7. PMI di bulan Oktober tersebut merupakan yang tertinggi sejak Juli 2018 lalu.
Jerman, motor penggerak ekonomi Eropa mencatat kenaikan PMI manufaktur menjadi 58,2 dari sebelumnya 56,4.
Sementara Inggris, PMI manufakturnya mengalami penurunan menjadi 53,7 dari sebelumnya 54,1, tetapi masih menunjukkan ekspansi.
Data PMI global tersebut menunjukkan pemulihan momentum pemulihan ekonomi masih berlanjut di kuartal IV-2020.
Tetapi ada sedikit yang mengganjal, yakni kebijakan karantina wilayah (lockdown) yang baru diterapkan di negara-negara Eropa, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah sektor manufaktur masih akan mempertahankan ekspansi di bulan ini.
Sementara itu, pilpres AS akan menjadi fokus utama di pekan ini, mengingat dampak besar yang akan ditimbulkan, baik dari segi ekonomi hingga politik dunia.
Oleh sebab itu, ada kecenderungan pelaku pasar akan wait and see sebelum mengalirkan investasinya dalam jumlah besar, termasuk juga di negara emerging market, seperti negara-negara di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Pilpres kali ini mempertemukan petahana dari Partai Republik Donald Trump dengan lawannya dari Partai Demokrat Joseph 'Joe' Biden.
Seandainya Trump kembali memenangi pemilu kali ini, tentunya tidak akan ada perubahan signifikan dari kebijakan yang diterapkan saat ini.
Perang dagang dengan China misalnya, masih akan tetap berkobar. Kemudian, dari segi perpajakan tentunya tidak akan berubah, setelah dipangkas pada periode pemerintahannya saat ini.
Sementara jika lawannya, Joe Biden, yang memenangi pilpres, bisa dipastikan akan ada perubahan kebijakan. Perang dagang dengan China kemungkinan tidak akan berkobar, sementara pajak kemungkinan akan dinaikkan.
Mendekati penghitungan, beberapa lembaga survei dan polling sudah mulai mengeluarkan hasil survei terbaru mereka.
Mayoritas hasil survey yang dikutip dari BBC News, menyatakan keunggulan untuk calon penantang dari Partai Demokrat yaitu Joe Biden. Rata-rata Biden unggul 7% dibanding calon petahana dari Partai Republik Donald Trump.
Berikut laporan beberapa hasil survei pilpres AS yang dirilis pada 1 November hingga 2 November 2020:
Tanggal Rilis | Lembaga Poling | Biden (%) | Trump (%) |
2 November | Economics/YouGov | 53 | 43 |
2 November | Reuters/Ipsos | 52 | 45 |
1 November | IBD/TIPP | 50 | 45 |
1 November | IBD/TIPP* | 49 | 46 |
1 November | Quinnipiac | 50 | 39 |
1 November | Rasmussen Reports | 48 | 47 |
1 November | USC Dornsife | 53 | 43 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Buka di Hari Terakhir 2020, Dua Bursa Asia Ditutup Menguat
