Lockdown Eropa Hingga Pilpres AS Bikin Harga Minyak Anjlok

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
02 November 2020 18:18
Oil facilities are seen on Lake Maracaibo in Cabimas, Venezuela January 29, 2019. REUTERS/Isaac Urrutia
Foto: (REUTERS / Isaac Urrutia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak anjlok 4% pada perdagangan hari Senin (2/11/2020). Penurunan itu tak lepas dari kekhawatiran meluasnya lockdown di Eropa yang akan melemahkan permintaan bahan bakar. Harga minyak juga anjlok di tengah kekhawatiran tentang turbulensi selama pemilihan presiden AS minggu ini.

Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent LCOc1 untuk Januari turun $ 1,49, atau 3,9% menjadi $ 36,45 per barel pada 0745 GMT. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) CLc1 turun $ 1,58, atau 4,4% menjadi $ 34,21. Brent turun sebanyak 5,8% dan WTI sebanyak 6% pada awal perdagangan, mencapai level terendah sejak Mei.

Negara-negara di seluruh Eropa menerapkan kembali lockdown untuk mencoba memperlambat tingkat infeksi Covid-19 yang telah meningkat dalam sebulan terakhir.

Perusahaan minyak global telah memperkirakan penurunan permintaan lebih lanjut meskipun perkiraannya berbeda. Vitol memperkirakan permintaan musim dingin mencapai 96 juta barel per hari (bph). Sementara Trafigura memperkirakan permintaan turun menjadi 92 juta bpd atau di bawahnya.

"Banyak trader sekarang melihat AS dan tingkat infeksi mereka yang meningkat dan bertanya-tanya apakah Eropa menyediakan model untuk apa yang akan terjadi di AS dalam beberapa minggu mendatang," kata Michael McCarthy, kepala strategi pasar di CMC Markets di Sydney.

Harga sempat bertahan setelah ekspor Jepang tumbuh untuk pertama kalinya dalam dua tahun dan aktivitas pabrik China naik ke level tertinggi hampir satu dekade pada bulan Oktober.

Namun, kekhawatiran tentang melemahnya permintaan dan meningkatnya pasokan dari negara-negara OPEC dan AS menyebabkan harga minyak turun untuk kedua bulan berturut-turut di bulan Oktober, dengan WTI turun 11% dan Brent 8,5%.



Meningkatnya pasokan dari dua anggota OPEC, yakni Libya dan Irak, mengimbangi pemotongan produksi oleh anggota OPEC lainnya dan menyebabkan produksi kelompok tersebut meningkat untuk bulan keempat pada bulan Oktober, sebuah survei menunjukkan.

OPEC dan sekutunya termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC +, memangkas produksi sekitar 7,7 juta barel per hari (bph) untuk mendukung harga.

OPEC + dijadwalkan mengadakan pertemuan kebijakan pada 30 November dan 1 Desember. Beberapa analis memperkirakan akan menunda rencana untuk meningkatkan produksi sebesar 2 juta barel per hari mulai Januari.

Permintaan minyak melampaui pasokan sebesar 2,5 juta barel per hari dan defisit kemungkinan akan tetap musim dingin ini karena konsumsi untuk pemanas dan pasar negara berkembang akan naik sekitar 1,5 juta barel per hari, mengimbangi pukulan dari penguncian Eropa. Demikian rilis Goldman Sachs. Menurut mereka, menunda kenaikan produksi akan membantu mengamankan defisit besar hingga kuartal pertama tahun depan dan sisa tahun 2021.

Di AS, jumlah rig minyak dan gas alam naik pada bulan Oktober untuk bulan ketiga berturut-turut, menurut data Baker Hughes.

Perlombaan yang lebih ketat menjelang pemilihan AS pada hari Selasa dan ketidakpastian pemilihan mendorong kehati-hatian investor di pasar global.

"Kekhawatiran paling mendesak bagi pasar adalah bahwa kelumpuhan politik akan menunda atau mengurangi respons fiskal terhadap situasi virus corona yang memburuk," kata McCarthy dari CMC.


(miq/miq)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Iran-Israel Bikin Harga Komoditas Naik, RI Diuntungkan?

Next Article Top Banget! Harga Minyak Sentuh US$ 40/Barel

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular