Reli Berlanjut, Harga Minyak Kokoh di Atas US$ 40/barel

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
08 June 2020 08:50
Two persons pass the logo of the Organization of the Petroleoum Exporting Countries (OPEC) in front of OPEC's headquarters in Vienna, Austria June 19, 2018.   REUTERS/Leonhard Foeger
Foto: REUTERS/Leonhard Foeger
Jakarta, CNBC Indonesia - Arab Saudi, Rusia dan koleganya yang tergabung dalam (OPEC+) pada Sabtu pekan lalu (6/6/2020) sepakat untuk memperpanjang periode pemangkasan sebesar 10% dari output global. Keputusan ini semakin mendongkrak kenaikan harga minyak mentah.

Senin (8/6/2020), harga minyak mentah untuk kontrak yang ramai diperdagangkan menguat. Tak hanya menguat harga minyak kini telah melampaui level psikologis US$ 40/barel, setelah anjlok signifikan pada Maret lalu.

Pada 07.50 WIB, harga minyak acuan global berjangka Brent naik 1,94% ke US$ 43,12/barel. Pada saat yang bersamaan harga minyak mentah acuan Amerika Serikat (AS) yakni West Texas Intermediate (WTI) juga menguat sebesar 1,54% ke US$ 40,2/barel.



OPEC+ sepakat untuk melanjutkan pemangkasan produksi sebesar 9,7 juta barel per hari (bpd) hingga Juli. Padahal pemangkasan dengan sejumlah volume tersebut ditargetkan hanya sampai dengan bulan Juni saja. 

Keputusan OPEC+ tersebut membuat harga minyak melesat di awal pekan. Arab Saudi sebagai pemimpin de facto OPEC pun memutuskan untuk menaikkan harga minyak ekspornya pada periode Juli nanti. 


Reuters melaporkan Arab Saudi dan Rusia harus melakukan tindakan penyeimbangan untuk menaikkan harga minyak untuk memenuhi kebutuhan anggaran mereka tetapi pada level yang tidak lebih tinggi dari US$ 50 per barel yang berpotensi mendorong kebangkitan kembali produksi shale oil AS. 

Selain itu masih belum jelas juga apakah Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Kuwait akan memperpanjang periode pemangkasan output mereka secara sukarela sebesar 1,18 juta bpd melebihi bulan Juni.

"Permintaan kembali ketika ekonomi-ekonomi besar penghasil minyak berangsur pulih pasca pelonggaran lockdown. Namun kita belum keluar dari hutan dan tantangan ke depan tetap ada," Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan pada konferensi video para menteri OPEC +, mengutip Reuters.

"Harga akan tetap kuat mulai Senin, dan tetap berada di atas US$ 40" kata Bjornar Tonhaugen dari Rystad Energy.

Kesepakatan OPEC+ bulan April lalu tercapai di bawah tekanan dari Presiden AS Donald Trump, yang tak ingin industri perminyakannnya mengalami kebangkrutan. 

Trump, yang sebelumnya mengancam akan menarik pasukan AS keluar dari Arab Saudi jika Riyadh tidak bertindak, berbicara dengan para pemimpin Rusia dan Saudi sebelum pembicaraan hari Sabtu, mengatakan ia senang dengan pemulihan harga.

Sementara harga minyak telah pulih sebagian, tetapi masih jauh di bawah biaya sebagian besar produsen AS. Penutupan operasi, PHK karyawan hingga pemotongan biaya terus berlanjut di seluruh Amerika Serikat.

"Saya memuji OPEC+ untuk mencapai kesepakatan penting hari ini yang datang pada waktu yang sangat penting karena permintaan minyak terus pulih dan ekonomi dibuka kembali di seluruh dunia," tulis Sekretaris Energi AS Dan Brouillette di Twitter.

Walau secara gradual lockdown global terus dilonggarkan, permintaan minyak diperkirakan akan melebihi pasokan di bulan Juli. Namun OPEC belum berhasil mengurangi kelebihan pasokan sebesar 1 miliar barel yang terakumulasi sejak Maret.

Tonhaugen dari Rystad mengatakan keputusan hari Sabtu akan membantu OPEC mengurangi persediaan sebesar 3 juta hingga 4 juta barel per hari pada Juli-Agustus. "Semakin cepat stok berkurang, harga yang lebih tinggi akan didapat," katanya.


Namun komitmen yang rendah terhadap kesepakatan dari negara-negara seperti Nigeria dan Iraq juga mendapat sorotan. Kementerian perminyakan Nigeria mengatakan, Abuja mendukung gagasan untuk mengkompensasi output berlebih pada Mei dan Juni.

Iraq sebagai negara dengan kepatuhan terburuk pada bulan Mei, setuju untuk pemotongan tambahan meskipun tidak jelas bagaimana Baghdad akan mencapai kesepakatan dengan perusahaan minyak utama dalam membatasi produksinya.

Pada Mei Iraq memproduksi minyak 520.000 bpd lebih banyak dari kuota. Sementara produksi berlebih Nigeria mencapai 120.000 bpd, Angola 130.000 bpd, Kazakhstan 180.000 bpd.
Pemangkasan Output Minyak OPEC+

Pemangkasan Output Minyak OPEC+Sumber : Reuters
Tingkat Kepatuhan Pemangkasan Output OPEC

Tingkat Kepatuhan Pemangkasan Output OPECSumber : Reuters
Komite pemantauan gabungan menteri OPEC+, yang dikenal sebagai JMMC, akan bertemu setiap bulan hingga Desember untuk meninjau pasar, kepatuhan dan merekomendasikan tingkat produksi untuk organisasi. Pertemuan JMMC berikutnya dijadwalkan pada 18 Juni.

Tantangan selain tingkat kepatuhan anggota yang dihadapi oleh OPEC+ adalah kembali pulihnya output Libya. "Potensi pengembalian output Libya juga dapat menyebabkan tantangan besar bagi kepemimpinan OPEC." kata Helima Croft, head of global commodity strategy at RBC Capital Markets.

Di Libya barat daya, dua ladang minyak utama telah dibuka kembali setelah berbulan-bulan berada dalam blokade yang mematikan sebagian besar produksi negara itu. 



[Gambas:Video CNBC]





TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Harga Minyak Koreksi, tapi Masih di Level Tertinggi Setahun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular