
Habis Libur Panjang, IHSG Masih Susah Move On di Sesi II

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan pertama bulan November, Senin (2/11/20) ditutup di zona merah pada sesi pertama turun 0,30% di level 5.112,92.
IHSG mencoba merangkak naik ke zona hijau setelah sempat drop 1,07% setelah rilis data inflasi oleh BPS yang menunjukkan adanya inflasi setelah sebelumnya terjadi deflasi selama 3 bulan berturut-turut yang menunjukkan adanya indikasi pemulihan daya beli masyarakat.
Meski bursa Asia hari ini terpantau hijau, IHSG masih memerah sendirian pascalibur panjang kemarin karena masih jet lag. Tercatat bursa Benua Kuning dan Wall Street terkoreksi parah selama IHSG libur.
Meskipun demikian, angin segar datang dari rilis Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan terjadi inflasi di Indonesia pada Oktober 2020. Ini memutus rantai deflasi selama tiga bulan beruntun.
Pada Oktober, terjadi inflasi 0,07% secara bulanan (month-to-month/MtM). Tidak jauh dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan 0,075%.
Sementara inflasi tahun kalender (year-to-date/YtD) berada di 0,95%% dan inflasi tahunan (year-on-year/YoY) adalah 1,44%%. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi tahunan di 1,82%.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) sebanyak Rp 200 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 1,6 triliun.
Analisis Teknikal
![]() Teknikal IHSG |
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area pivot maka pergerakan IHSG selanjutnya berpotensi terkoreksi.
Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 5.163 yang merupakan Fibonacci Retracement 50%. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 5.095.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 46, yang meskipun belum menunjukkan adanya indikator jenuh beli akan tetapi gerak indikator RSI terkonsolidasi turun setelah mendekati zona jenuh beli sehingga biasanya menandakan pergerakan IHSG selanjutnya akan cenderung terdepresiasi.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area pivot, maka pergerakan selanjutnya cenderung bearish atau terkoreksi. Hal ini juga terkonfirmasi dengan munculnya indikator RSI yang terkonsolidasi turun.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000