2 Hari Ambrol 2%, Masih Percaya Emas Bakal Terbang Tinggi?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 October 2020 17:40
Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia ambrol lebih dari 2% dalam 2 hari perdagangan hingga menyentuh level terendah dalam 1 bulan terakhir.

Aksi jual di pasar saham serta bangkitnya perekonomian Amerika Serikat (AS) di kuartal III-2020 membuat harga logam mulia ini merosot.

Kemarin, harga emas dunia melemah 0,53% ke US$ 1.867,04/troy ons, level tersebut merupakan yang terendah sejak 28 September lalu, melansir data Refinitiv.

Sehari sebelumnya, emas dunia ambrol 1,56%, sementara pada hari ini, Jumat (30/10/2020) pukul 16:30 WIB, emas menguat 0,35% ke US$ 1.873,76/troy ons.

Departemen Tenaga Kerja AS kemarin melaporkan pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari produk domestic bruto (PDB) tumbuh 33,1% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized).

PDB di kuartal III-2020 tersebut lebih tinggi dari prediksi Reuters sebesar 31,9% maupun Dow Jones sebesar 32%, dan membalikkan kontraksi (tumbuh negatif) 31,4% di kuartal II-2020 lalu.

Saat perekonomian AS bangkit, emas menjadi kurang menarik, sebab investor akan mengalirkan modalnya ke aset-aset berisiko dengan imbal hasil tinggi.

Sehari sebelumnya, saat emas dunia merosot lebih dari 1,5%, Prancis dan Jerman mengumumkan kembali menerapkan kebijakan karantina (lockdown) yang memicu aksi jual di bursa saham, logam mulia pun terseret turun, sama seperti bulan Maret lalu.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron, pada hari Rabu lalu mengumumkan lockdown di seluruh negara mulai Jumat ini. Lockdown kali ini sedikit berbeda dengan bulan Maret lalu, kali ini sekolah dan pabrik yang masih diizinkan tetap buka.

"Situasinya sangat buruk khususnya untuk usaha kecil dan menengah, sebab mereka harus tutup saat waktu yang penting dalam setahun, yakni sebelum liburan," kata Tomasz Michalski, profesor ekonomi di sekolah bisnis HEC Paris, sebagaimana dikutip CBNC International, Kamis (29/10/2020).

"Banyak usaha kecil dan menengah penjualan besarnya terjadi periode Oktober-Desember. Penjualan mereka akan kembali diambil oleh supermarket dan perusahaan ritel online rakasa," katanya.

Sementara itu motor utama perekonomian Eropa, Jerman, juga mengumumkan lockdown. Kanselir Jerman, Angela Merkel, mengumumkan "light lockdown", dimana bar, restaurant, tempat olah raga, serta bioskop kembali dilarang beroperasi.

Sekolah, hingga hotel untuk perjalanan bisnis masih tetap dibuka, toko-toko juga masih beroperasi tetapi dengan jumlah pengunjung yang dibatasi.

"Light Lockdown" yang dilakukan Jerman diperkirakan membuat pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2020 berkontraksi setidaknya 0,5% quarter-to-quarter (QtQ).

"Kebijakan lockdown akan menyebabkan kontraksi produk domestic bruto (PDB) di kuartal IV-2020 setidaknya 0,5% QtQ. Bisnis hospitality sekali lagi yang akan paling terpukul," kata analis Deutsche Bank dalam sebuah catatan yang dikutip CNBC International.

Pialang komoditas senior RJO Futures yang berbasis di Chicago, Bob Haberkorn, mengatakan jika aksi jual di pasar saham menjadi lebih buruk, harga emas mungkin akan terus turun dan menguji level US$ 1.850-1.855/troy ons terlebih dahulu dan kemudian turun lagi ke US$ 1.825/troy ons.

Proyeksi Herberkorn tersebut jitu, level terendah yang dicapai emas dunia kemarin di kisaran US$ 1.858/troy ons berdasarkan data Refinitiv.

"Kita bisa melihat level US$ 1.825 per troy ons jika terjadi lebih banyak lockdown akibat virus corona. Pasar saham bisa semakin ketakutan, yang mungkin akan menarik emas dan perak lebih rendah menjelang pemilihan presiden AS," kata Haberkorn.

Namun Haberkorn menegaskan, setelah pemilihan presiden berakhir, harga emas akan rebound.

Hal senada sebelumnya diungkapkan Andy Hecht partner di bubbatrading.com, Terkait dengan pilpres di AS, siapa pun pemenangnya apakah petahana dari Partai Republik, Donald Trump, atau penantangnya dari Partai Demokrat, Joseph 'Joe' Biden, harga emas dikatakan tetap akan menguat.

Tetapi jika Biden yang memenangi pilpres akan lebih menguntungkan bagi emas, sebab menurut Hetch nilai stimulus yang akan digelontorkan lebih besar.

Hecht bahkan mengatakan akan senang jika harga emas dunia menurun, sebab ia bisa membeli lebih banyak emas.

"Saya menyambut penurunan harga emas, saya ingin melihat harga emas turun, itu artinya saya akan membeli lebih banyak emas," kata Hecht sebagaimana dilansir Kirco, Kamis (23/10/2020).

"Saya melihat kita masih di tahap awal supercyle komoditas, itu artinya emas akan melesat tinggi, begitu juga dengan perak," katanya.

Hal senada juga diungkapkan Mike McGlone ahli strategi komoditas senior di Bloomberg Intelligence. Ia mengatakan emas saat ini sedang memulai tren penguatan 20 tahun lalu, atau yang disebut supercycle.

"Saya melihat emas saat ini memiliki kesamaan dengan tahun 2001 ketika memulai tren kenaikan. Emas saat ini memulai lagi tren bullish yang dimulai 20 tahun lalu," kata McGlone sebagaimana dilansir Kitco.

McGlone mengatakan selama periode pemerintahan Trump emas sudah melesat 50%, dan siapa pun yang memerintah di AS selanjutnya ia melihat emas akan kembali mencetak kenaikan 50%.

Sama dengan Hetch, McGlone juga menilai emas akan lebih diuntungkan Joe Biden dan Partai Demokrat memenangi pemilihan umum kali ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular