
2 Hari Ambrol 2%, Masih Percaya Emas Bakal Terbang Tinggi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia ambrol lebih dari 2% dalam 2 hari perdagangan hingga menyentuh level terendah dalam 1 bulan terakhir.
Aksi jual di pasar saham serta bangkitnya perekonomian Amerika Serikat (AS) di kuartal III-2020 membuat harga logam mulia ini merosot.
Kemarin, harga emas dunia melemah 0,53% ke US$ 1.867,04/troy ons, level tersebut merupakan yang terendah sejak 28 September lalu, melansir data Refinitiv.
Sehari sebelumnya, emas dunia ambrol 1,56%, sementara pada hari ini, Jumat (30/10/2020) pukul 16:30 WIB, emas menguat 0,35% ke US$ 1.873,76/troy ons.
Departemen Tenaga Kerja AS kemarin melaporkan pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari produk domestic bruto (PDB) tumbuh 33,1% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized).
PDB di kuartal III-2020 tersebut lebih tinggi dari prediksi Reuters sebesar 31,9% maupun Dow Jones sebesar 32%, dan membalikkan kontraksi (tumbuh negatif) 31,4% di kuartal II-2020 lalu.
Saat perekonomian AS bangkit, emas menjadi kurang menarik, sebab investor akan mengalirkan modalnya ke aset-aset berisiko dengan imbal hasil tinggi.
Sehari sebelumnya, saat emas dunia merosot lebih dari 1,5%, Prancis dan Jerman mengumumkan kembali menerapkan kebijakan karantina (lockdown) yang memicu aksi jual di bursa saham, logam mulia pun terseret turun, sama seperti bulan Maret lalu.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, pada hari Rabu lalu mengumumkan lockdown di seluruh negara mulai Jumat ini. Lockdown kali ini sedikit berbeda dengan bulan Maret lalu, kali ini sekolah dan pabrik yang masih diizinkan tetap buka.
"Situasinya sangat buruk khususnya untuk usaha kecil dan menengah, sebab mereka harus tutup saat waktu yang penting dalam setahun, yakni sebelum liburan," kata Tomasz Michalski, profesor ekonomi di sekolah bisnis HEC Paris, sebagaimana dikutip CBNC International, Kamis (29/10/2020).
"Banyak usaha kecil dan menengah penjualan besarnya terjadi periode Oktober-Desember. Penjualan mereka akan kembali diambil oleh supermarket dan perusahaan ritel online rakasa," katanya.
Sementara itu motor utama perekonomian Eropa, Jerman, juga mengumumkan lockdown. Kanselir Jerman, Angela Merkel, mengumumkan "light lockdown", dimana bar, restaurant, tempat olah raga, serta bioskop kembali dilarang beroperasi.
Sekolah, hingga hotel untuk perjalanan bisnis masih tetap dibuka, toko-toko juga masih beroperasi tetapi dengan jumlah pengunjung yang dibatasi.
"Light Lockdown" yang dilakukan Jerman diperkirakan membuat pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2020 berkontraksi setidaknya 0,5% quarter-to-quarter (QtQ).
"Kebijakan lockdown akan menyebabkan kontraksi produk domestic bruto (PDB) di kuartal IV-2020 setidaknya 0,5% QtQ. Bisnis hospitality sekali lagi yang akan paling terpukul," kata analis Deutsche Bank dalam sebuah catatan yang dikutip CNBC International.
