Internasional

Ini Dia 5 Korporasi AS Paling Bernilai di Bawah 'Rezim' Trump

tahir saleh, CNBC Indonesia
29 October 2020 07:32
Bebas dari Corona Donald Trump Kembali Kampanye (AP/Alex Brandon)
Foto: Bebas dari Corona Donald Trump Kembali Kampanye (AP/Alex Brandon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak lima perusahaan teknologi AS yang paling berharga (most valuable companies) semuanya melaporkan pendapatan kuartalan pada pekan ini dan menandai terakhir kali investor akan melihat neraca keuangan mereka sebelum pemilihan presiden AS digelar 3 November pekan depan.

Big Tech, julukan kolektif mereka, mencatatkan kinerja sangat baik selama masa jabatan pertama Presiden AS Donald Trump sejak 20 Januari 2017.

Berdasarkan kompilasi CNBC International, pendiri Amazon, Microsoft, dan Facebook saat ini menjadi tiga orang terkaya di dunia, dan dua pendiri Google berada di 10 besar orang terkaya sejagad.

Tambahkan Apple, perusahaan AS terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar, dan maka investor akan memiliki nilai pasar saham hampir US$ 7 triliun dari saham-saham Big Tech, porsinya mencapai 46% dari Indeks Nasdaq 100.

Saham-saham perusahaan teknologi ini sudah naik di bursa Wall Street, antara 83% (Alphabet, induk usaha Google) dan 291% (Amazon) , meskipun harga sahamnya merosot pada pekan ini bersama dengan kejatuhan pasar saham global akibat kekhawatiran melonjaknya kasus virus corona.

Selain itu, dominasi Big Tech ini yang dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan pasar akibat berubahnya perilaku konsumen, pasar keuangan, dan ekonomi telah menjadikannya target yang terlalu besar untuk ditekan oleh pemerintah dan regulator, termasuk bagi anggota parlemen Washington.

Facebook Chairman and CEO Mark Zuckerberg testifies at a House Financial Services Committee hearing in Washington, U.S., October 23, 2019. REUTERS/Erin Scott     TPX IMAGES OF THE DAYFoto: Ketua dan CEO Facebook Zuckerberg bersaksi di sidang Komite Jasa Keuangan Negara di Washington, AS pada Rabu, 23 Oktober 2019 (REUTERS/Erin Scott)
Facebook Chairman and CEO Mark Zuckerberg testifies at a House Financial Services Committee hearing in Washington, U.S., October 23, 2019. REUTERS/Erin Scott TPX IMAGES OF THE DAY

CEO Facebook Mark Zuckerberg menghabiskan sebagian waktunya pada Rabu kemarin, bersama dengan CEO Alphabet Sundar Pichai dan CEO Twitter Jack Dorsey, bersaksi dari jarak jauh di depan Komite Perdagangan Senat tentang tanggung jawab hukum bagi platform mereka.

Sebelumnya, sehari sebelum mereka mengumumkan hasil kinerja perusahaan di bulan Juli, CEO Google, Facebook, Amazon, dan Apple menghabiskan waktu berjam-jam untuk menjawab pertanyaan dari Komite Antitrust DPR tentang dominasi bisnis mereka yang berpotensi monopoli.

Menurut laporan awal bulan ini dari Dewan Demokrat, keempat perusahaan itu memegang kekuasaan monopoli dan, dalam berbagai tingkatan, harus diakhiri monopoli tersebut.

Google juga baru saja digugat oleh Departemen Kehakiman atas tuduhan perilaku anti-persaingan.

Berikut kinerja Big Tech di bawah pemerintahan Trump:

Amazon

Raksasa e-commerce milik orang terkaya di dunia, Jeff Bezos ini tercatat di Bursa Nasdaq dengan kode saham AMZN. Sahamnya sudah melonjak 291% selama periode Trump menjabat (mulai Januari 2017) didorong oleh ekspansi yang konsisten di unit e-commerce dan pertumbuhan yang pesat dalam bisnis komputasi awan dan periklanan yang lebih baru.

Data CNBC mencatat, year to date, saham AMZN melesat 71% sejak awal tahun.

Analis memperkirakan pertumbuhan penjualan pada kuartal kedua sebesar 33% dari tahun sebelumnya, meskipun terjadi pandemi.

Jika pendapatan tahunan mencapai US$ 370 miliar atau Rp 5.439 triliun (kurs Rp 14.700/US$), seperti yang diprediksikan oleh para analis berdasarkan perkiraan Refinitiv, pendapatan tersebut akan melesat 170% dari 2016.

FILE - In this March 4, 2018 file photo, Jeff Bezos and wife MacKenzie Bezos arrive at the Vanity Fair Oscar Party in Beverly Hills, Calif. The founder of Amazon and his wife have made their largest political donation to date, giving $10 million to With Honor, a nonpartisan political-action committee devoted to helping military veterans running for Congress. (Photo by Evan Agostini/Invision/AP, File)Foto: Jeff Bezos dan istrinya MacKenzie Bezos (Photo by Evan Agostini/Invision/AP)
FILE - In this March 4, 2018 file photo, Jeff Bezos and wife MacKenzie Bezos arrive at the Vanity Fair Oscar Party in Beverly Hills, Calif. The founder of Amazon and his wife have made their largest political donation to date, giving $10 million to With Honor, a nonpartisan political-action committee devoted to helping military veterans running for Congress. (Photo by Evan Agostini/Invision/AP, File)

Sebagian dari pertumbuhan itu berasal dari rantai grosir kelas atas di Whole Foods Market Inc, yang dibeli Amazon pada tahun 2017 seharga US$ 13,7 miliar. Itu adalah kesepakatan termahal yang diumumkan oleh salah satu dari lima perusahaan teknologi terbesar sejak Trump menjabat, dan menandai langkah Amazon paling ekspansif ke bisnis ritel secara fisik.

Selalin itu, ditopang Amazon Web Services, perusahaan juga kini menghasilkan keuntungan dan tidak lagi dipandang sebagai pemain ritel dengan margin rendah. Pendapatan operasional diperkirakan mencapai US$ 20 miliar atau Rp 294 triliun tahun ini, naik hampir lima kali lipat dari 2016.

Apple

Tidak seperti Amazon, peningkatan kapitalisasi pasar Apple sebesar 272% bukanlah cerminan dari pertumbuhan yang tertahan. Penjualan di kuartal terakhir diperkirakan akan turun sedikit dari tahun sebelumnya dan pendapatan untuk tahun kalender diproyeksikan akan mencapai sekitar US$ 283 miliar, naik hanya 29% dari 2016.

Penghasilan bersih diperkirakan mencapai US$ 59 miliar atau Rp 867 triliun, persentase kenaikannya sama.

Apple telah memberi hadiah kepada investor dengan adanya aksi buyback atau pembelian kembali saham senilai hampir US$ 200 miliar saham sejak 2016, dan meningkatkan pembayaran dividen.

Apple terus mengeluarkan iPhone baru dan investor terus bertaruh bahwa konsumen akan membelinya. Awal bulan ini, perusahaan mengumumkan jajaran baru model iPhone 12, yang semuanya mendukung jaringan 5G yang lebih cepat. Perangkat kelas atas dengan harga US$ 1.099 atau sekitar Rp 16 juta.

"Kami yakin operator nirkabel akan menawarkan promosi demi mendorong penjualan unit iPhone jauh lebih besar dari yang mereka miliki dalam waktu lama untuk membenarkan miliaran dolar yang mereka investasikan untuk meningkatkan jaringan," tulis Tom Forte, analis di DA Davidson, dalam sebuah laporan pada 22 Oktober, dikutip CNBC.

Forte merekomendasikan untuk membeli saham Apple. "Jajaran smartphone Apple pertama di jaringan 5G memiliki posisi yang lebih baik daripada yang sepenuhnya dihargai investor."

Microsoft

Kebangkitan Microsoft sedang berlangsung sebelum Trump menjabat, di bawah CEO Satya Nadella, yang mengambilalih pucuk pimpinan pada tahun 2014.

Namun, perubahan haluan perusahaan menjadi tidak dapat disangkal dalam beberapa tahun terakhir karena divisi cloud atau komputasi awan perusahaan yang berkembang, menutupi bisnis perangkat lunak desktop yang memburuk. Sahamnya melonjak 225% di era Trump menjabat sejak Januari 2017.

Pertumbuhan pendapatan masing-masing dua digit selama 3 tahun fiskal terakhir, setelah penjualan turun pada 2016 dan naik 5,5% pada tahun berikutnya.

Untuk tahun kalender 2020, pendapatan diperkirakan akan mencapai sekitar US$ 150 miliar atau Rp 2.205 triliun, hampir melonjak 60% dari 4 tahun lalu. Penghasilan bersih hampir dua kali lipat seiring investasi Microsoft di Azure dan Office 365 mulai membuahkan hasil.

Microsoft telah melakukan dua akuisisi yang cukup besar selama pemerintahan Trump. Setelah pembelian LinkedIn senilai US$ 27 miliar, yang diumumkan beberapa bulan sebelum Trump terpilih, perusahaan tersebut menghabiskan US$ 7,5 miliar untuk layanan pengembangan perangkat lunak GitHub pada tahun 2018 dan jumlah yang sama bulan lalu di ZeniMax Media, pemilik penerbit video game Bethesda.

Facebook

Facebook, yang sahamnya melesat 112% sejak Trump menjadi presiden, telah meningkat paling tinggi di antara grup tersebut selama masa jabatan Trump, tapi secara nilainya masih kalah.

Penjualan setahun penuh untuk tahun 2020 sebesar US$ 80,4 miliar, seperti yang diproyeksikan oleh para analis, akan membuat perusahaan hampir tiga kali lipat lebih besar dari pada tahun 2016. Laba bersih hampir naik berlipat ganda.

Namun, pertumbuhan penjualan melambat setiap tahun, dari 47% pada 2017 menjadi 14% yang diproyeksikan tahun ini.

Kisah besar yang beredar di Facebook sejak pemilu 2016 adalah perannya yang tidak disengaja dalam mempengaruhi pemilih, menyusul laporan bahwa operator Rusia menyalahgunakan platform Facebook untuk menyebarkan informasi yang salah menjelang kontes 2016.

Selain itu, ada skandal Cambridge Analytica pada 2018, yang menunjukkan bagaimana perusahaan pihak ketiga dapat memanen profil pengguna dari aplikasi media sosial paling populer ini. Facebook membela diri untuk mencoba membersihkan situs tersebut.

Terlepas dari tantangan politik dan masalah yang terkait dengan kepercayaan konsumen, Facebook tetap menjadi situs yang paling diandalkan pengiklan untuk menargetkan pengguna.

Menurut eMarketer, Facebook menguasai 23,4% pasar iklan online AS, di belakang Google sebesar 29,4%.

Facebook melakukan pembelian besar-besaran dari 2012 hingga 2014, menghabiskan US$ 1 miliar di Instagram, US$ 19 miliar di WhatsApp, dan US$ 2 miliar di Oculus.

Tetapi aktivitasnya telah dibungkam selama pemerintahan Trump. Kesepakatan terbesarnya selama 4 tahun terakhir adalah pembelian laboratorium CTRL, yang berspesialisasi dalam memungkinkan manusia mengontrol komputer menggunakan otak mereka, dengan harga antara US$ 500 juta dan US$ 1 miliar.

Alphabet

Saham induk usaha Google ini naik 83% sejak Trump menjabat. Setahun sebelum dia terpilih, Alphabet dibentuk sebagai perusahaan induk dari mesin penelusuran Google.

Namun, dalam hal pendapatan, Alphabet adalah Google, dan Google terutama didorong oleh iklan online.

Analis mengharapkan pertumbuhan pendapatan pada kuartal ketiga sebesar 5,9% menjadi US$ 42,9 miliar, satu kuartal setelah perusahaan melaporkan penurunan tahun ke tahun yang pertama.

bCovid-19 memiliki dampak yang menghancurkan pada bisnis perjalanan, perhotelan, dan acara-acara langsung, membuat industri tersebut menarik kembali belanja iklan online mereka.

Google sekarang menghasilkan pendapatan yang berarti dari bisnis cloud-nya, yang tertinggal dari Amazon dan Microsoft. Unit, yang masih belum menghasilkan keuntungan, menarik pendapatan lebih dari US$ 3 miliar di kuartal kedua.

Secara keseluruhan, Alphabet diperkirakan akan melaporkan pendapatan hampir US$ 174 miliar untuk tahun 2020, hampir dua kali lipat dari angka 2016.

Perusahaan telah melakukan investasi besar di area yang tidak banyak bisnisnya, sehingga laba bersih hanya naik sekitar 30% selama rentang tersebut.

Satu-satunya akuisisi penting Alphabet dalam 4 tahun terakhir datang melalui grup cloud-nya, karena perusahaan tersebut menyadari bahwa regulator akan mempersulit, atau bahkan tidak mungkin, bagi Google untuk memperkuat bisnis intinya. Pada 2019, Google mengakuisisi perusahaan analisis data Looker senilai US$ 2,6 miliar.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular