
Ini Dia 5 Korporasi AS Paling Bernilai di Bawah 'Rezim' Trump

Amazon
Raksasa e-commerce milik orang terkaya di dunia, Jeff Bezos ini tercatat di Bursa Nasdaq dengan kode saham AMZN. Sahamnya sudah melonjak 291% selama periode Trump menjabat (mulai Januari 2017) didorong oleh ekspansi yang konsisten di unit e-commerce dan pertumbuhan yang pesat dalam bisnis komputasi awan dan periklanan yang lebih baru.
Data CNBC mencatat, year to date, saham AMZN melesat 71% sejak awal tahun.
Analis memperkirakan pertumbuhan penjualan pada kuartal kedua sebesar 33% dari tahun sebelumnya, meskipun terjadi pandemi.
Jika pendapatan tahunan mencapai US$ 370 miliar atau Rp 5.439 triliun (kurs Rp 14.700/US$), seperti yang diprediksikan oleh para analis berdasarkan perkiraan Refinitiv, pendapatan tersebut akan melesat 170% dari 2016.
![]() FILE - In this March 4, 2018 file photo, Jeff Bezos and wife MacKenzie Bezos arrive at the Vanity Fair Oscar Party in Beverly Hills, Calif. The founder of Amazon and his wife have made their largest political donation to date, giving $10 million to With Honor, a nonpartisan political-action committee devoted to helping military veterans running for Congress. (Photo by Evan Agostini/Invision/AP, File) |
Sebagian dari pertumbuhan itu berasal dari rantai grosir kelas atas di Whole Foods Market Inc, yang dibeli Amazon pada tahun 2017 seharga US$ 13,7 miliar. Itu adalah kesepakatan termahal yang diumumkan oleh salah satu dari lima perusahaan teknologi terbesar sejak Trump menjabat, dan menandai langkah Amazon paling ekspansif ke bisnis ritel secara fisik.
Selalin itu, ditopang Amazon Web Services, perusahaan juga kini menghasilkan keuntungan dan tidak lagi dipandang sebagai pemain ritel dengan margin rendah. Pendapatan operasional diperkirakan mencapai US$ 20 miliar atau Rp 294 triliun tahun ini, naik hampir lima kali lipat dari 2016.
Apple
Tidak seperti Amazon, peningkatan kapitalisasi pasar Apple sebesar 272% bukanlah cerminan dari pertumbuhan yang tertahan. Penjualan di kuartal terakhir diperkirakan akan turun sedikit dari tahun sebelumnya dan pendapatan untuk tahun kalender diproyeksikan akan mencapai sekitar US$ 283 miliar, naik hanya 29% dari 2016.
Penghasilan bersih diperkirakan mencapai US$ 59 miliar atau Rp 867 triliun, persentase kenaikannya sama.
Apple telah memberi hadiah kepada investor dengan adanya aksi buyback atau pembelian kembali saham senilai hampir US$ 200 miliar saham sejak 2016, dan meningkatkan pembayaran dividen.
Apple terus mengeluarkan iPhone baru dan investor terus bertaruh bahwa konsumen akan membelinya. Awal bulan ini, perusahaan mengumumkan jajaran baru model iPhone 12, yang semuanya mendukung jaringan 5G yang lebih cepat. Perangkat kelas atas dengan harga US$ 1.099 atau sekitar Rp 16 juta.
"Kami yakin operator nirkabel akan menawarkan promosi demi mendorong penjualan unit iPhone jauh lebih besar dari yang mereka miliki dalam waktu lama untuk membenarkan miliaran dolar yang mereka investasikan untuk meningkatkan jaringan," tulis Tom Forte, analis di DA Davidson, dalam sebuah laporan pada 22 Oktober, dikutip CNBC.
Forte merekomendasikan untuk membeli saham Apple. "Jajaran smartphone Apple pertama di jaringan 5G memiliki posisi yang lebih baik daripada yang sepenuhnya dihargai investor."
Microsoft
Kebangkitan Microsoft sedang berlangsung sebelum Trump menjabat, di bawah CEO Satya Nadella, yang mengambilalih pucuk pimpinan pada tahun 2014.
Namun, perubahan haluan perusahaan menjadi tidak dapat disangkal dalam beberapa tahun terakhir karena divisi cloud atau komputasi awan perusahaan yang berkembang, menutupi bisnis perangkat lunak desktop yang memburuk. Sahamnya melonjak 225% di era Trump menjabat sejak Januari 2017.
Pertumbuhan pendapatan masing-masing dua digit selama 3 tahun fiskal terakhir, setelah penjualan turun pada 2016 dan naik 5,5% pada tahun berikutnya.
Untuk tahun kalender 2020, pendapatan diperkirakan akan mencapai sekitar US$ 150 miliar atau Rp 2.205 triliun, hampir melonjak 60% dari 4 tahun lalu. Penghasilan bersih hampir dua kali lipat seiring investasi Microsoft di Azure dan Office 365 mulai membuahkan hasil.
Microsoft telah melakukan dua akuisisi yang cukup besar selama pemerintahan Trump. Setelah pembelian LinkedIn senilai US$ 27 miliar, yang diumumkan beberapa bulan sebelum Trump terpilih, perusahaan tersebut menghabiskan US$ 7,5 miliar untuk layanan pengembangan perangkat lunak GitHub pada tahun 2018 dan jumlah yang sama bulan lalu di ZeniMax Media, pemilik penerbit video game Bethesda.
Facebook, yang sahamnya melesat 112% sejak Trump menjadi presiden, telah meningkat paling tinggi di antara grup tersebut selama masa jabatan Trump, tapi secara nilainya masih kalah.
Penjualan setahun penuh untuk tahun 2020 sebesar US$ 80,4 miliar, seperti yang diproyeksikan oleh para analis, akan membuat perusahaan hampir tiga kali lipat lebih besar dari pada tahun 2016. Laba bersih hampir naik berlipat ganda.
Namun, pertumbuhan penjualan melambat setiap tahun, dari 47% pada 2017 menjadi 14% yang diproyeksikan tahun ini.
Kisah besar yang beredar di Facebook sejak pemilu 2016 adalah perannya yang tidak disengaja dalam mempengaruhi pemilih, menyusul laporan bahwa operator Rusia menyalahgunakan platform Facebook untuk menyebarkan informasi yang salah menjelang kontes 2016.
Selain itu, ada skandal Cambridge Analytica pada 2018, yang menunjukkan bagaimana perusahaan pihak ketiga dapat memanen profil pengguna dari aplikasi media sosial paling populer ini. Facebook membela diri untuk mencoba membersihkan situs tersebut.
Terlepas dari tantangan politik dan masalah yang terkait dengan kepercayaan konsumen, Facebook tetap menjadi situs yang paling diandalkan pengiklan untuk menargetkan pengguna.
Menurut eMarketer, Facebook menguasai 23,4% pasar iklan online AS, di belakang Google sebesar 29,4%.
Facebook melakukan pembelian besar-besaran dari 2012 hingga 2014, menghabiskan US$ 1 miliar di Instagram, US$ 19 miliar di WhatsApp, dan US$ 2 miliar di Oculus.
Tetapi aktivitasnya telah dibungkam selama pemerintahan Trump. Kesepakatan terbesarnya selama 4 tahun terakhir adalah pembelian laboratorium CTRL, yang berspesialisasi dalam memungkinkan manusia mengontrol komputer menggunakan otak mereka, dengan harga antara US$ 500 juta dan US$ 1 miliar.
Alphabet
Saham induk usaha Google ini naik 83% sejak Trump menjabat. Setahun sebelum dia terpilih, Alphabet dibentuk sebagai perusahaan induk dari mesin penelusuran Google.
Namun, dalam hal pendapatan, Alphabet adalah Google, dan Google terutama didorong oleh iklan online.
Analis mengharapkan pertumbuhan pendapatan pada kuartal ketiga sebesar 5,9% menjadi US$ 42,9 miliar, satu kuartal setelah perusahaan melaporkan penurunan tahun ke tahun yang pertama.
bCovid-19 memiliki dampak yang menghancurkan pada bisnis perjalanan, perhotelan, dan acara-acara langsung, membuat industri tersebut menarik kembali belanja iklan online mereka.
Google sekarang menghasilkan pendapatan yang berarti dari bisnis cloud-nya, yang tertinggal dari Amazon dan Microsoft. Unit, yang masih belum menghasilkan keuntungan, menarik pendapatan lebih dari US$ 3 miliar di kuartal kedua.
Secara keseluruhan, Alphabet diperkirakan akan melaporkan pendapatan hampir US$ 174 miliar untuk tahun 2020, hampir dua kali lipat dari angka 2016.
Perusahaan telah melakukan investasi besar di area yang tidak banyak bisnisnya, sehingga laba bersih hanya naik sekitar 30% selama rentang tersebut.
Satu-satunya akuisisi penting Alphabet dalam 4 tahun terakhir datang melalui grup cloud-nya, karena perusahaan tersebut menyadari bahwa regulator akan mempersulit, atau bahkan tidak mungkin, bagi Google untuk memperkuat bisnis intinya. Pada 2019, Google mengakuisisi perusahaan analisis data Looker senilai US$ 2,6 miliar.
[Gambas:Video CNBC]