
Parah! 3 Indeks Wall Street "Kebakaran", Nasdaq Paling Hangus

Jakarta, CNBC Indonesia - Tiga indeks acuan utama bursa saham Wall Street AS jeblok bersamaan di tengah kombinasi sentimen naiknya kasus Covid-19 di Eropa dan jelang Pemilihan Presiden AS 3 November mendatang.
Data CNBC International mencatat, Indeks Nasdaq paling terkoreksi yakni sebesar 3,73% di level 11.004, sementara indeks S&P 500 juga ambles 3,53% di posisi 3.271.
Adapun indeks indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) juga terjerembab sebesar 3,43% di level 26.519.
Untuk Nasdaq, saham-saham pemberat indeks ini yakni Ross Stores Inc yang ambruk 6,75%, NVIDIA Corp minus 5,75%, Ulta Beauty Inc minus 5,6%, dan Facebook turun 5,51%.
Sementara saham Netflix Inc dan Ebay Inc turun masing-masing minus 0,55% dan 0,56%.
Di Indeks S&P, saham pemberatnya adalah CH Robinson minus 11,44%, Carnival Corp minus 10,61%, dan Unum Group terkoreksi 9,21%. Saham yang naik malah General Electric 4,51%.
Di DJIA, saham pemberatnya adalah Microsoft Corp 4,96%, Vica Inc 4,84%, dan Apple turun 4,63%, dan saham penguatnya adlaah Travelers naik 2,02%.
Pada pembukaan tadi malam, bursa Wall Street juga tergelincir di tengah kenaikan kasus infeksi Covid-19 di Eropa yang dikhawatirkan memukul prospek pemulihan ekonomi global.
Indeks DJIA dibuka anjlok 569 poin (-2,1%) pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB) tapi 22 menit kemudian surut menjadi 508,1 poin (-1,85%) ke 26.955,07. Nasdaq drop 278,6 poin (-2,4%) ke 11.152,73 dan S&P 500 surut 66,3 poin (-1,96%) ke 3.324,35.
Angka infeksi baru virus corona telah melampaui rekor dengan mencatatkan pertumbuhan rata-rata sebesar 71.832 dalam sepekan terakhir. Di sisi lain, mereka yang menginap di rumah sakit naik 5% di 36 negara bagian, menurut data Covid Tracking Project.
Kenaikan ini mendorong beberapa negara memberlakukan kembali karantina wilayah (lockdown). Illinois, misalnya, telah memerintahkan Chicago melarang makan di tempat di dalam restoran.
Saham yang terpukul oleh kebijakan lockdown pun berguguran, seperti misalnya saham Delta Air Lines yang anjlok 2,5%. Bursa Eropa juga tertekan. Indeks Dax Jerman anjlok 4% dan CAC Prancis tersungkur 3,4%. Indeks FTSE London terpelanting 2,3%.
Investor beralih memburu obligasi, sehingga imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun anjlok ke 0,75%. Artinya, harga aset tersebut sedang meningkat karena diburu. Indeks kekhawatiran pelaku pasar, Cboe Volatility Index (VIX), melompat lebih dari 37 dan menjadi yang tertinggi sejak 4 September.
"Ketakpastian seputar pembatasan pergerakan terkait Covid-19 dan politik AS berarti kita seharusnya mengantisipasi volatilitas masih akan tinggi hingga akhir tahun," tutur Mark Haefele, Kepala Investasi UBS, dalam laporan riset, yang dikutip CNBC International.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir