
Gawat! Emas Drop di Bawah US$ 1.900/oz, Diramal Ambles Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Kombinasi sentimen pemilihan umum alias Pilpres AS pada 3 November mendatang dan kegelisahan akibat naiknya jumlah kasus virus corona di Eropa memicu kurs dolar AS menguat dan menyeret harga emas dunia turun bersamaan dengan koreksi pasar saham.
Tekanan pada emas membuat harga logam mulia terkoreksi hingga US$ 40 pada Rabu pagi (28/10). Sejak itu, harga emas berjangka di Bursa Comex untuk pengiriman Desember diperdagangkan terakhir di level US$ 1,880.50/troy ons, turun 1,64%.
Sementara itu pada pukul 17:39 WIB Rabu kemarin, harga emas dunia merosot 0,58% ke US$ 1.895,71/troy ons di pasar spot.
Padahal siang hari kemarin, harga emas masih menguat ke US$ 1.910,5/troy ons, artinya dari level tertinggi harian tersebut emas terseret 0,77% akibat terjunnya Wall Street futures atau indeks berjangka Wall Street.
Kitco mencatat, pada perdagangan Kamis (29/10) pukul 01.08 WIB, harga emas di pasar spot realtime dihargai US$ 1.880/troy ons, minus 1,42%.
"Kami melihat sentimen [penurunan harga emas] peningkatan kasus virus korona, pasar saham turun, dan dolar AS naik. Pasar mengantisipasi kesepakatan stimulus AS, tetapi tidak ada stimulus yang datang di antara masa sekarang dan Pilpres," kata Bob Haberkorn, broker komoditas senior RJO Futures, dikutip Kitco, Kamis (29/10/2020).
CNBC International melaporkan indeks Dow Jones futures terjun lebih dari 400 poin atau 1,5%, disusul indeks S&P 500 futures minus 1,3%, dan Nasdaq futures minus 1%.
Di sisi lain, Eropa benar-benar mengalami serangan virus corona gelombang kedua. Berdasarkan data terbaru dari Worldometer, jumlah kasus Covid-19 bertambah sebanyak lebih dari 220 ribu kasus.
Rusia kini menjadi perhatian, pada 27 Oktober jumlah kasusnya bertambah sebanyak 33.897 orang, naik tajam ketimbang hari sebelumnya 16.710 orang melansir Euro News.
Prancis juga sama, Selasa kemarin jumlah kasus yang dilaporkan sebanyak 26.771 orang, tetapi sehari sebelumnya mencapai 52.010 orang, menjadi penambahan kasus harian terbanyak sejak pandemi melanda pemenang Piala Dunia 2018 ini.
Jerman, motor penggerak ekonomi Benua Biru juga tidak lepas dari serangan virus yang berasal dari kota Wuhan China ini.
Tercatat ada 11.409 kasus baru pada Selasa kemarin. Rekor penambahan harian terbanyak terjadi 14.714 orang pada 24 Oktober lalu.
Adapun pada pekan depan, 3 November, akan ada pemilihan presiden AS yang mempertemukan petahana dari Partai Republik, Donald Trump, dengan lawannya dari Partai Demokrat Joseph 'Joe' Biden.
Analis mengatakan kepada Kitco bahwa volatilitas harga emas semakin menjadi jelang Pilres AS.
"Tanpa ragu, volatilitas ini adalah contoh kegelisahan pemilu. Berita tentang lebih banyak penguncian di Eropa juga salah satu alasan mengapa dolar menguat, dan pada gilirannya, terjadi penjualan emas [yang memicu harga turun]," kata ahli strategi komoditas TD Securities Daniel Ghali.
Selain itu, sentimen aksi jual bersih di pasar saham pada Rabu juga menjadi cerminan pasar tengah kalut. Namun menurut Ghali, pasar juga sudah memperhitungkan (price in) adanya dukungan bagi Biden, lewat aksi yang disebut Blue Wave, alias Gelombang Biru.
"Selama beberapa minggu terakhir, pasar telah price-in adanya Gelombang Biru. Itu adalah kemenangan bagi pihak Demokrat untuk kursi presiden dan senat. Risiko, terutama untuk emas, adalah emas akan menjadi sesuatu yang diperebutkan. Dan itu mungkin benar untuk pasar global,"kata Ghali.
"Dan saat kita menuju beberapa hari terakhir sebelum pemilihan, ada ketakutan akan skenario tipe 2016, di mana peluang pasar yang berlaku ialah emas akan tergelincir dengan sangat cepat."
"Tentu ada risiko melakukan kesalahan pada hari pemilihan, dan itu mengarah pada keyakinan yang rendah. Dan sebagai hasilnya, kami melihat volatilitas yang lebih tinggi pada emas," kata Ghali.
Pialang komoditas senior RJO Futures Bob Haberkorn menambahkan pasar hampir pasti memilih Demokrat pada poling pemungutan suara dalam beberapa pekan lalu, tetapi prospek itu tampaknya berubah dengan cepat.
"Jika Anda bertanya kepada saya dua minggu lalu, siapa yang akan menang, saya akan memberi tahu Anda, Biden. Jika Anda bertanya kepada saya hari ini, saya mulai berpikir Trump akan menarik hal ini [memenangkan pilpres], dengan beberapa data yang sudah ada," kata Haberkorn.
Harga level support
Dia mengatakan, kemenangan Trump kemungkinan akan memicu reli yang signifikan di pasar saham diikuti oleh kenaikan signifikan pada harga emas dan perak, yang akan ditambah dengan harapan bahwa kesepakatan stimulus AS akan segera terlaksana.
Adapun kemenangan Biden, kemungkinan akan berefek pada aksi jual saham. Namun antisipasi stimulus yang jauh lebih besar akan menjadi alasan emas dan perak untuk reli.
Di sisi lain, Ghali memprediksi bakal ada lebih banyak volatilitas yang bisa diantisipasi sebelum Pilpres AS. Dia mencatat bahwa harga level support (batas tahanan bawah) jangka panjang emas pada sisi negatifnya berada di US$ 1.820/troy ons.
"Jika aksi jual di pasar saham menjadi lebih buruk, harga emas mungkin akan terus turun dan menguji level US$ 1.850-1.855/troy ons terlebih dahulu dan kemudian turun lagi ke US$ 1.825/troy ons," kata Haberkorn.
![]() Democratic presidential candidate former Vice President Joe Biden answers a question as President Donald Trump listens during the second and final presidential debate Thursday, Oct. 22, 2020, at Belmont University in Nashville, Tenn. (AP Photo/Morry Gash, Pool) |
"Kita bisa melihat level US$ 1.825 per troy ons jika Anda mendapatkan lebih banyak pengumuman penutupan [lockdown] akibat virus corona. Pasar saham bisa semakin ketakutan, yang mungkin akan menarik emas dan perak lebih rendah menjelang pemilihan presiden AS," katanya.
Menurut ahli strategi pasar senior LaSalle Futures Group, Charlie Nedoss, support pertama emas berada di US$ 1.850, tetapi jika logam jatuh di bawahnya, garis utama berikutnya turun di US$ 1.781,90, yang merupakan rata-rata pergerakan dalam 200 hari.
Namun Haberkorn menegaskan, bagaimanapun, setelah semua suara terkait pemilihan berakhir, harga emas akan rebound.
Setelah pilpres selesai, isu stimulus fiskal di AS akan kembali menjadi perhatian. Stimulus fiskal pada akhirnya akan cair siapapun pemenangnya apakah petahana Trump, dengan lawannya Biden.
Namun, nilai stimulus akan lebih besar jika Joe Biden dan Partai Demokrat memenangi pemilihan tahun ini. Saat stimulus fiskal cair, maka jumlah uang yang bereda di perekonomian akan bertambah, dan secara teori dolar AS akan melemah.
"Kemungkinan kesepakatan stimulus akan jauh lebih besar. Dan jika Biden menang, saya pikir logam menguat lebih karena paket stimulusnya akan jauh lebih tinggi daripada apa yang dilihat Trump," kata Haberkorn.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wow! Harga Emas Dunia Diprediksi Tembus Rp 4,5 Juta/gram