Dari Laba Rp 10 T, PLN Rugi Rp 12,2 T di Kuartal III-2020

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
27 October 2020 17:35
PLTU Tanjung Jati B yang merupakan salah satu pembangkit yang paling diandalkan oleh PLN untuk memenuhi kebutuhan listrik sistem interkoneksi Jawa-Bali.

PLTU Tanjung Jati B memegang peran sentral dalam sistem interkoneksi Jawa-Bali


Hingga triwulan III 2019, PLTU dengan kapasitas 4 x 710 MW ini memiliki kesiapan produksi listrik (Equivalent Availability Factor – EAF) hingga 93,6% selama setahun.

Sejak pertama kali beroperasi pada tahun 2006 PLTU Tanjung Jati B menjadi tulang punggung kelistrikan Jawa-Bali. 

PLTU Tanjung Jati B berkontribusi 12% atau  setara dengan kebutuhan listrik sekitar 5 juta pelanggan rumah tangga

Keberadaan pembangkit ini diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi  kontinyuitas suplai listrik, namun juga turut membantu pemerintah dalam penghematan APBN.


Secara produksi listrik PLTU Tanjung Jati B mampu berkontribusi sebesar 12% atau setara denagan kebutuhan listrik sekitar 5 juta pelanggan rumah tangga.  (CNBC Indonesia/Peti)
Foto: PLTU Tanjung Jati B di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. (CNBC Indonesia/Peti)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT PLN (Persero) membukukan kerugian Rp 12,2 triliun hingga September 2020, anjlok dari capaian periode yang sama pada 2019 yang mencatatkan laba bersih sebesar Rp 10,9 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan PLN, salah satu penyebab kerugian ini karena besarnya rugi kurs selama sembilan bulan tahun ini yakni mencapai Rp 22,9 triliun, dari laba kurs pada periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 4,4 triliun.

Sementara dari sisi pendapatan PLN naik tipis menjadi Rp 212,2 triliun selama Januari-September 2020 dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 209,3 triliun.

Peningkatan pendapatan terlihat dari penjualan tenaga listrik yang mencapai Rp 205 triliun hingga September 2020, naik tipis dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 202,7 triliun.

Sementara pendapatan dari penyambungan pelanggan turun tipis menjadi Rp 4,5 triliun dari Rp 4,9 triliun selama sembilan bulan pada 2019.

Executive Vice President Corporate Communication and CSR PLN Agung Murdifi mengatakan peningkatan penjualan tenaga listrik ini karena meningkatnya volume penjualan tenaga listrik menjadi sebesar 181.638 giga watt hour (GWh), naik 0,6% dari periode yang sama tahun lalu sebesar 180.570 GWh.

"Semua ini diperoleh dengan tarif tenaga listrik yang tidak mengalami perubahan sejak 2017," tuturnya seperti dikutip dari keterangan resmi perusahaan pada Selasa (27/10/2020).

Dia mengatakan, peningkatan penjualan tenaga listrik juga didorong adanya pertumbuhan jumlah pelanggan perseroan menjadi sebanyak 77,9 juta hingga 30 September 2020 atau meningkat sebesar 3,4 juta pelanggan dibandingkan dengan periode yang sama 2019 sebesar 74,5 juta pelanggan. Menurutnya, peningkatan penjualan listrik pada sektor rumah tangga dan industri pertanian serta industri UMKM ikut mendorong pertumbuhan penjualan yang positif.

Dari sisi beban usaha, terlihat penurunan beban usaha sebesar 3,5% menjadi Rp 223,8 triliun dari periode yang sama pada 2019 sebesar Rp 231,9 triliun. Biaya bahan bakar dan pelumas menunjukkan penurunan sebesar 20% menjadi Rp 82,3 triliun dari Rp 102,7 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik rata-rata selama periode ini tercatat sebesar Rp 1.340 per kWh, lebih rendah Rp 48 per kWh dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1.388 per kWh.

Adapun Earnings Before Interest, Tax, Depreciation & Amortization (EBITDA) perusahaan sampai dengan September 2020 sebesar Rp 55,9 triliun dengan EBITDA Margin sebesar 22,5%.

Sementara total liabilitas perseroan mencapai Rp 679,4 triliun, naik dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 655,7 triliun. Adapun utang jangka pendek selama sembilan bulan 2020 mencapai Rp 147,8 triliun dan utang jangka panjang sebesar Rp 531,6 triliun.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Alamak! PLN Rugi Rp 38 T di Kuartal I-2020

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular