Per Oktober, BNI Salurkan Dana PEN Tembus Rp 21 T

Monica Wareza, CNBC Indonesia
27 October 2020 12:23
BNI Laporkan Penebar Dokumen Palsu (dok: BNI)
Foto: BNI Laporkan Penebar Dokumen Palsu (dok: BNI)

Jakarta, CNBC IndonesiaPT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mendukung upaya pemerintah dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) melalui optimalisasi penempatan dana dari pemerintah dalam bentuk penyaluran pinjaman modal kerja pada pelaku usaha yang berorientasi ekspor, padat karya, dan ketahanan pangan.

Berdasarkan paparan kinerja Q3-2020 secara virtual, Direktur Bisnis Konsumer BNI Corina Leyla Karnalies, menjelaskan, pada tahap pertama, pemerintah telah menempatkan dana ke BNI sebesar Rp 5 triliun.

Kemudian pada 24 September 2020, pemerintah kembali memberikan tambahan penempatan dana ke BNI sebesar Rp 2,5 triliun.

"Tujuan dari penempatan dana ini diharapkan akan menambah daya ungkit penyaluran kredit oleh perseroan hingga 3 kali," katanya dalam paparan Kinerja Kuartal III-2020, di Jakarta, Selasa (27/10/2020).

Dia menjelaskan, hingga 20 Oktober 2020, BNI telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp 21,1 triliun, yang mayoritas (70%) disalurkan pada segmen kecil terutama melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Hingga akhir September 2020, BNI telah menyalurkan KUR senilai Rp 15,05 triliun dan disalurkan untuk 170.569 debitur.

KUR BNI ini tersalurkan pada berbagai sektor ekonomi, antara lain ke sektor pertanian sebesar Rp 3,95 triliun, sektor perdagangan Rp 7,37 triliun, sektor jasa usaha Rp 2,44 triliun, serta untuk sektor industri pengolahan senilai Rp 1,08 triliun.

"Pemberian restrukturisasi kredit dan tambahan modal kerja ini kami harapkan dapat meningkatkan ketahanan bisnis debitur di tengah krisis akibat pandemi Covid-19. Harapannya, saat Covid-19 dapat ditanggulangi, bisnis debitur dapat kembali ke arah yang lebih baik," jelas mantan Pemimpin Divisi Manajemen Produk Konsumer BNI ini.

Dari sisi restrukturisasi kredit dalam menghadapi dampak pandemi, BNI secara aktif juga melakukan restrukturisasi kredit terhadap debitur yang berkinerja baik namun bisnisnya terdampak Covid-19.

Dalam perkembangannya, hingga akhir September 2020, BNI telah memberikan restrukturisasi kredit sebesar Rp 122,0 triliun atau 22,2% dari total pinjaman yang diberikan, kepada 170.591 debitur, yang mayoritas adalah debitur sektor perdagangan, restoran,dan hotel, sektor jasa usaha, serta manufaktur.

"Di tengah kondisi perekonomian nasional yang penuh tantangan, perseroan terus mengambil langkah yang diperlukan untuk melakukan penguatan fundamental dengan tetap menjalankan fungsi intermediasi dengan baik, dengan pertumbuhan yang selektif dan terukur," katanya.

Laba Turun

BNI mencetak laba bersih pada periode 9 bulan tahun ini atau per September 2020 mencapai Rp 4,32 triliun, atau turun 63,9% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 11,97 triliun.

Penurunan laba bersih ini seiring dengan efek dari upaya BNI memperkuat fundamental dalam menghadapi ekonomi di masa mendatang dengan pencadangan CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai) Q3-20020 berada pada 206,9%, lebih besar dari Q3 2019 sebesar 159,2%.

"Adapun hingga akhir September, aset BNI tumbuh 12,5% yoy, mencapai Rp 916,95 triliun," katanya Corina.

Hingga akhir September 2020, total aset tumbuh 12,5% year on year (yoy) terutama dikontribusi oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh sebesar 21,4% yoy dari Rp 580,9 triliun pada kuartal III-2019 menjadi Rp 705,1 triliun pada kuartal III-2020.

Upaya menghimpun DPK dilakukan dengan menjadikan dana murah (CASA) sebagai prioritas utama yang dimaksudkan untuk dapat terus menekan cost of fund.

Saat ini CASA BNI berada pada level 65,4% dengan cost of fund2,86%, atau membaik 30 bps dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar 3,24%.

DPK tersebut menopang penyaluran kredit BNI yang tumbuh 4,2% yoy, dari Rp 558,7 triliun pada kuartal III-2019 menjadi Rp 582,4 triliun pada kuartal III-2020.

Namun dalam hal ini, manajemen lebih berfokus pada perbaikan kualitas aset, salah satunya dengan cara melakukan assessment secara komprehensif dan intens untuk memantau debitur-debitur, mengingat kondisi ekonomi yang menantang di tengah pandemi ini.

Beberapa strategi akan dilakukan, yakni pertama, melanjutkan pengawasan dan analisis terhadap kualitas kredit, serta menyiapkan pencadangan yang sesuai.

Kedua, memperkuat manajemen risiko melalui transformasi proses perkreditan dan peningkatan budaya risiko.

Ketiga, pertumbuhan bisnis yang tidak hanya fokus pada segmen korporasi, namun juga pada segmen kecil dan konsumer.

Keempat, mempertajam kemampuan layanan digital sebagai ujung tombak dalam meningkatkan bisnis.

"Implementasi dan paduan kebijakan ini akan dapat membantu perseroan untuk menghadapi tantangan bisnis ke depan. Manajemen akan terus mencermati perkembangan dari pandemi covid-19 ini serta memastikan perbaikan fundamental dapat tercapai sebagai basis pertumbuhan yang kuat untuk perseroan di masa mendatang."


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Uji Strategi & Kinerja Bisnis Korporasi BNI di Tahun Pandemi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular