
Bank Mandiri Target Laba 2020 Sebesar Rp 16 T

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menargetkan laba bersih hingga akhir tahun ini sebesar Rp 16 triliun. Target tersebut lebih rendah 30,73% dibandingkan dengan capaian tahun lalu di angka capaian tahun lalu yang sebesar Rp 25,5 triliun.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan sepanjang tiga kuartal terakhir perusahaan bisa mengamankan laba bersih hingga Rp 14 triliun. Diharapkan penurunan yang terjadi tidak lebih berat dibanding yang terjadi sepanjang tahun ini.
"Secara weighted average tiga kuartal bisa ada di angka Rp 14 triliun profit secara konsolidasi. Kita berharap ini bisa ada pertumbuhan yang paling tidak kita bisa berada di kisaran penurunan yang tidak terlalu jauh dari 30,73%. Angkanya mungkin dibagi tiga angkanya Rp 16 triliun sampai akhir tahun 2020," kata Darmawan dalam konferensi pers kinerja kuartal III Bank Mandiri secara virtual, Senin (26/10/2020).
Sejalan dengan kinerja profitabilitas ini, perusahaan memprediksi pertumbuhan kredit tidak akan jauh dari perolehan pada akhir September lalu dimana kredit bisa tumbuh 3,79%. Pertumbuhan sampai akhir tahun diprediksi sebesar 3%-4% secara tahunan (year on year/YoY).
Sedangkan dari sisi net interest margin ditargetkan akan sebesar 4,68% di tahun ini, atau flat dari capaian pada akhir kuartal III-2020.
Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badrudin mengatakan hingga saat ini masih ada pipeline penyaluran kredit, terutama di sektor UMKM dalam rangka pemulihan ekonomi nasional (PEN).
"Kita juga akan jaga pertumbuhan nasabah eksisting yang ada perencanaan pengembangan korporasi, termasuk value chain dari nasabah eksisting sehingga kita bisa capai target pertumbuhan kredit di akhir 2020," jelasnya di kesempatan yang sama.
Siddik memperkirakan dari sisi kredit bermasalah (non performing loan/NPL) di akhir 2020 diprediksi berada di kisaran 3%-4%. Hal ini diperkirakan karena adanya porsi risiko (risk portion) dari nasabah yang saat ini telah melakukan restrukturisasi namun diperkirakan tidak akan mampu membangunan kembali bisnisnya.
Porsi risiko ini diperkirakan jumlahnya mencapai 10%-11% dari total debitur yang telah melakukan restrukturisasi.
Untuk mengantisipasi kemungkinan tersebut, perusahaan masih akan melakukan pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) hingga Rp 18 triliun-Rp 21 triliun tahun ini.
"Sebagian untuk the high portion account yang direstrukturisasi karena Covid-19," terang dia.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh! XL Babak Belur, Laba 2020 Anjlok 48% Jadi Rp 371 M