Top! Saham Batu Bara Ngamuk, Efek Jokowi atau Lo Kheng Hong?

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
26 October 2020 10:55
Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Biro Pers Sekretariat Presiden/ Kris)
Foto: Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Biro Pers Sekretariat Presiden/ Kris)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham produsen batu bara lokal tercatat menguat pada perdagangan pagi ini, Senin (26/10/2020). Investor tampaknya merespons positif rencana Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang akan melarang ekspor batu bara mentah.

Berdasarkan data perdagangan BEI pagi ini, hampir sebagian besar harga produsen batu bara bergerak di zona hijau. Saham PT Resources Alam Indonesia Tbk (KKGI) tercatat naik 1,54% ke harga RP 198/unit.

Lalu saham PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) melesat 1,65% ke harga Rp 246/unit. Saham PT Indika Energy Tbk (INDY) naik 1,07% ke harga Rp 945/unit.

Demikian pula dengan saham PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS) naik 0,96% ke harga Rp 105/unit. Saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) naik 0,62% ke harga Rp 8.125/unit.

Saham PT Adaro Energy Tbk naik 0,47% ke level Rp 1.150/unit dan saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menguat 0,51% ke harga Rp 1.970/unit.

Pekan lalu, Presiden Jokowi meminta produsen batu bara tidak lagi mengekspor batu bara mentah. Untuk meningkatkan nilai ekspor, Jokowi memerintahkan untuk mempercepat peningkatan nilai tambah produk batu bara.

Jokowi menyampaikan hal tersebut saat memimpin rapat terbatas dengan topik pembahasan percepatan peningkatan nilai tambah batu bara melalui video conference di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat.

Di depan jajaran menteri, Jokowi mengingatkan jajarannya untuk menggeser Indonesia dari negara pengekspor komoditas bahan mentah menjadi bahan jadi yang bisa meningkatkan nilai tambah bagi perekonomian.

"Kita semua harus bergeser dari negara pengekspor bahan mentah dan salah satunya adalah batu bara menjadi negara industri yang mampu mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi," kata Jokowi, Jumat (23/10/2020).

Jokowi menekankan strategi besar tersebut harus secara konsisten dijalankan. Pemerintah, kata dia, juga akan mengembangkan industri turunan batu bara agar bisa memiliki nilai tambah.

"Untuk itu kita harus bergerak ke pengembangan industri turunan batu bara mulai dari industri peningkatan mutu upgrading, pembuatan briket batubara, pembuatan kokas, pencairan batubara, gasifikasi batubara sampai dengan campuran batubara cair," kata Jokowi.

"Saya yakin dengan mengembangkan industri turunan batubara ini saya yakin dapat meningkatkan nilai tambah komoditas berkali-kali lipat, mengurangi core bahan baku yang dibutuhkan industri dalam negeri seperti industri baja, industri petrokimia," katanya.

Jokowi lantas meminta peta jalan optimalisasi batu bara dalam negeri secara utuh. Peta jalan ini diperlukan, agar percepatan pengembangan industri batu bara domestik dapat segera dilakukan.

"Saya minta road map optimalisasi batu bara dalam negeri betul-betul dipercepat dengan penerapan teknologi yang ramah lingkungan. Tentukan strategi, tentukan produk hilir yang ingin kita kembangkan sehingga jelas jalan mana yang akan kita tuju," katanya.

Sementara itu, pada kesempatan terpisah pekan lalu, Lo Kheng Hong yang juga dikenal sebagai Warren Buffett-nya Indonesia sempat menyampaikan strategi berinvestasi saham.

Lo membiarkan investasinya ini hingga bertahun-tahun hingga menghasilkan capital gain yang besar (value investing).

Lo menyebutkan salah satu sektor yang paling disukai oleh dia adalah sektor komoditas. Tak pakai alasan yang berbelit-belit, dia mengungkapkan alasannya hanya karena harga komoditas yang selalu berfluktuasi.

Beberapa saham yang pernah dikoleksinya di sektor ini seperti PT Timah Tbk (TINS), PT Indika Energy Tbk (INDY) dan PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP).

"Jadi saya beli [saham] batu bara ketika bad time, masih murah karena saya tau harganya bisa kembali lagi. Ketika harga baru bara naik perusahaannya untung, harga sahamnya naik 4.000% dan saya jual," kata Lo Kheng Hong dalam acara Capital Market Summit & Expo 2020 yang diselenggarakan secara virtual, akhir pekan lalu.

"Kalau saya beli saham lain mungkin tidak bisa dapat capital gain tidak sebesar itu, saya suka komoditas karena capital gain yang sangat besar," ungkap dia.

Namun demikian, memilih sektor tertentu bukan satu-satunya cara yang dilakukannya untuk mendapatkan keuntungan besar dalam berinvestasi saham.

Sebab, menurut dia investor juga perlu melakukan riset dan banyak membaca untuk menemukan saham-saham yang saat ini dinilai masih murah.

"Setiap hari saya membaca empat koran, membaca laporan keuangan dan membaca keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia. Dulu webnya masih sangat lambat, tapi sekarang sudah cepat sekali," paparnya.

Hal ini dilakukannya agar tidak berinvestasi di saham-saham yang salah.

Salah satu cerita yang masih diingatnya saat pertama kali menjadi investor pada saham INDY pada 2016. Dia membeli saham ini saat harga batu bara dunia berada di harga terendah dan harga saham perusahaan anjlok ke Rp 106/saham.

Memanfaatkan kesempatan ini, dia memborong saham INDY hingga menjadi pemegang saham terbesar nomor 4 di perusahaan tersebut.

"Saham itu saya pegang dua tahun. Di awal 2018 harga batu bara naik dari US$ 50 menjadi US$ 100. Indika Neergy akan untuk besar hingga harga sahamnya pun naik jadi Rp 4.550 yang tertinggi. Dan pada saat di Rp 4000 lebih itu saya menjual," kenangnya.

Untuk itu, salah satu filosofi investasi yang selalu dipegangnya adalah invest in bad time and sell in good time and you will get rich. "Kalau situasi buruk semuanya jadi murah," tandasnya.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular