
Minggu Depan Libur Panjang, IHSG dkk Apa Kabar?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan dalam negeri menguat tipis sepanjang pekan ini, stimulus fiskal di Amerika Serikat (AS), realisasi investasi di dalam negeri, hingga isu resesi memberikan pengaruh ke pergerakan aset.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,17% ke 5.112,118 sepanjang pekan lalu, sementara rupiah menguat 0,14% ke ke Rp 14.650/US$. Dari pasar obligasi, yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun turun 13 basis poin (bps) ke 6,629%.
Untuk diketahui, pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi. Saat harga naik, yield akan menurun, begitu juga sebaliknya.
Perdagangan di pekan depan akan berlangsung singkat sebab akan libur panjang dalam rangka cuti bersama bakal menanti kita pada 28 Oktober (Rabu) hingga 30 Oktober (Jumat) mendatang.
Libur panjang ini karena pada 29 Oktober 2020 bertepatan dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, lalu pemerintah memberlakukan kebijakan cuti bersama sejak 28 hingga 30 Oktober.
Oleh karena itu, pelaku pasar cenderung akan berhati-hati dalam 2 hari perdagangan. Sebab, saat libur panjang banyak isu yang bisa mempengaruhi pergerakan pasar.
Isu stimulus fiskal di AS menjadi perhatian utama, maklum saja, nilainya yang mencapai triliunan dolar AS tentunya membuat perekonomian banjir likuiditas, memacu perekonomian, serta membuat sentimen pelaku pasar membaik.
Sayangnya, hingga hari ini belum ada tanda-tanda stimulus tersebut belum juga cair.
Perundingan antara Nancy Pelosi, Ketua DPR (House of Representatif) Amerika Serikat (AS) dengan Menteri Keuangan Steven Mnuchin memang terus berlangsung, tetapi sepertinya tidak akan cair pekan depan.
Pelosi memberikan indikasi stimulus kemungkinan belum akan cair sebelum pemilihan presiden 3 November mendatang. Ia mengatakan butuh waktu untuk menyelesaikan dan menandatangani undang-undang stimulus fiskal.
Kemudian akan ada rilis data produk domestik bruto (PDB) ekonomi Amerika Serikat pada hari Kamis (29/10/2020) dan dari Eropa hari Jumat (30/10/2020) yang akan memberikan gambaran bagaimana kinerja ekonomi di kuartal III-2020.
AS diprediksi akan lepas dari resesi dengan menunjukkan kebangkitan yang sensasional. Perekonomian Negeri Paman Sam di kuartal I-2020 mengalami kontraksi 5% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized), sementara di kuartal II nyungsep 31,4%.
Hasil survei Refinitiv menunjukkan PDB AS diprediksi tumbuh hingga 31,9% di kuartal III-2020, pertumbuhan yang sangat tajam.
Melihat hasil survei tersebut, hampir pasti Amerika Serikat akan lepas dari jeratan resesi di kuartal III-2020. Tetapi, bukan berarti roda perekonomian sang Negara Adikuasa akan terus melaju kencang.
Malah pemulihan ekonomi diperkirakan akan mengalami pelambatan akibat stimulus fiskal yang tak kunjung cair. Apalagi melesatnya pertumbuhan ekonomi AS di kuartal III-2020 terjadi akibat low base effect, dimana PDB di kuartal sebelumnya sangat rendah. Sehingga di kuartal IV-2020 PDB AS tidak akan membukukan pertumbuhan sebesar kuartal IV.
Sementara itu dari Eropa, Jerman, Prancis, Italia, dan Spanyol juga akan melaporkan data PDB, tetapi sepertinya masih belum akan lepas dari resesi.
Kemudian, 2 pekan ke depan, pasar akan disibukkan dengan pilpres di AS serta rilis data PDB Indonesia, dimana resesi udah pasti, tetapi seberapa besar kontraksi ekonomi yang menjadi misteri.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan ekonomi kuartal III-2020 akan berada di kisaran minus 1% hingga 2,9%.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2020 akan dirilis pada 5 November mendatang, setelah mengalami kontraksi 5,32% di kuartal II-2020.
Melihat banyak faktor yang mempengaruhi pasar saat libur panjang, serta dua pekan mendatang, pelaku pasar sepertinya akan melakukan aksi wait and see dalam 2 hari perdagangan ke depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar Keuangan Tertekan Pelemahan Triple Combo, Ini Dampaknya