Nggak Capek Digantung Terus, Rupiah?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 October 2020 10:14
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Isu seputar stimulus fiskal AS masih menjadi perhatian utama pelaku pasar. Awalnya ada optimisme paket stimulus bisa disahkan pada akhir pekan ini.

Ketua House of Representatives (satu dari dua kamar legislatif di AS yang membentuk Kongres) Nancy Pelosi mengatakan ada titik terang dalam pembahasan stimulus. Pemerintah sepertinya akan menaikkan besaran stimulus dari US$ 1,8 triliun menjadi US$ 2 triliun. Memang masih di bawah usulan Partai Demokrat yaitu US$ 2,2 triliun tetapi setidaknya sudah mendekati dan bisa menjadi jalan tengah.

Agar bisa sah menjadi undang-undang (UU), proposal stimulus juga harus mendapat restu dari Senat yang saat ini dikuasai oleh Partai Republik pendukung pemerintah. Namun justru Republik yang sepertinya keberatan. Pasalnya, ada kekhawatiran stimulus yang terlalu besar akan membuat utang pemerintah semakin bengkak dan menjadi beban pada masa mendatang.

"Sepertinya kita tidak akan ke mana-mana. Banyak bicara, tidak ada kerja. Saya belum melihat apa-apa. Memang keajaiban masih bisa terjadi, tetapi sepertinya tidak di sini," kata Richard Shelby, Ketua Komite Kelayakan Senat, seperti diberitakan Reuters.

Melihat perkembangan ini, pelaku pasar memilih wait and see. Lebih baik bermain aman dulu sebelum ada kejelasan lebih lanjut.

"Pasar sudah agak lelah dengan maju-mundur soal stimulus. Sepertinya pihak-pihak yang terkait merasa belum cukup mendapat keuntungan jelang pemilihan presiden (pilpres). Bagi pasar, yang penting ada kesepakatan dulu," tegas Joseph Trevisani, Analis Senior FXStreet.com, seperti dikutip dari Reuters.

Sepanjang belum ada kesepakatan, investor akan cenderung menghindari aset-aset berisiko. Nasib rupiah menjadi tidak jelas, tergantung kepastian stimulus fiskal di Negeri Paman Sam.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular