
Nggak Capek Digantung Terus, Rupiah?

Jakarta, CNB Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun lesu di perdagangan pasar spot.
Pada Jumat (23/10/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.738. Rupiah melemah 0,28% dibandingkan posisi sehari sebelumnya.
Sementara di pasar spot, rupiah juga merah meski tipis saja. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.650 di mana rupiah melemah 0,07%.
Rupiah tidak sendirian di zona merah. Mayoritas mata uang utama Asia pun terdepresiasi di hadapan dolar AS. Hanya yen Jepang, won Korea Selatan, baht Thailand, dan dolar Taiwan yang mampu menguat.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:08 WIB:
Isu seputar stimulus fiskal AS masih menjadi perhatian utama pelaku pasar. Awalnya ada optimisme paket stimulus bisa disahkan pada akhir pekan ini.
Ketua House of Representatives (satu dari dua kamar legislatif di AS yang membentuk Kongres) Nancy Pelosi mengatakan ada titik terang dalam pembahasan stimulus. Pemerintah sepertinya akan menaikkan besaran stimulus dari US$ 1,8 triliun menjadi US$ 2 triliun. Memang masih di bawah usulan Partai Demokrat yaitu US$ 2,2 triliun tetapi setidaknya sudah mendekati dan bisa menjadi jalan tengah.
Agar bisa sah menjadi undang-undang (UU), proposal stimulus juga harus mendapat restu dari Senat yang saat ini dikuasai oleh Partai Republik pendukung pemerintah. Namun justru Republik yang sepertinya keberatan. Pasalnya, ada kekhawatiran stimulus yang terlalu besar akan membuat utang pemerintah semakin bengkak dan menjadi beban pada masa mendatang.
"Sepertinya kita tidak akan ke mana-mana. Banyak bicara, tidak ada kerja. Saya belum melihat apa-apa. Memang keajaiban masih bisa terjadi, tetapi sepertinya tidak di sini," kata Richard Shelby, Ketua Komite Kelayakan Senat, seperti diberitakan Reuters.
Melihat perkembangan ini, pelaku pasar memilih wait and see. Lebih baik bermain aman dulu sebelum ada kejelasan lebih lanjut.
"Pasar sudah agak lelah dengan maju-mundur soal stimulus. Sepertinya pihak-pihak yang terkait merasa belum cukup mendapat keuntungan jelang pemilihan presiden (pilpres). Bagi pasar, yang penting ada kesepakatan dulu," tegas Joseph Trevisani, Analis Senior FXStreet.com, seperti dikutip dari Reuters.
Sepanjang belum ada kesepakatan, investor akan cenderung menghindari aset-aset berisiko. Nasib rupiah menjadi tidak jelas, tergantung kepastian stimulus fiskal di Negeri Paman Sam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
