Kurs Dolar Singapura Bolak-balik Terus di Kisaran Rp 10.800

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 October 2020 14:18
Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat melawan rupiah pada perdagangan Kamis (22/10/2020). Namun, jika dilihat ke belakangan mata uang Negeri Merlion sebenarnya bolak-balik di kisaran Rp 10.800/SG$.

Pada pukul 12:43 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.801, dolar Singapura menguat 0,1% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Sepanjang bulan Oktober ini, hanya sekali saja dolar Singapura menyentuh Rp 10.900/US$, yakni pada 2 Oktober lalu, selebihnya berada di bawah level tersebut. Level terendah sepanjang bulan ini di Rp 10.732/SG$, juga tidak jauh-jauh dari Rp 10.800/US$.

Perekonomian Singapura masih mengalami kontraksi di kuartal III-2020. Pada Rabu (14/10/2020) Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura hari ini melaporkan PDB kuartal III-2020 sebesar -7% year-on-year (YoY).

Meski masih berkontraksi, tetapi lebih baik dari kuartal sebelumnya -13,3% YoY. Di kuartal I lalu, PDB juga mengalami kontraksi, -0,3% YoY, sehingga Singapura resmi memasuki resesi sejak kuartal II lalu.

Secara umum, suatu negara dikatakan mengalami resesi jika PDB mengalami kontraksi 2 kuartal beruntun secara YoY.

Sementara itu, Indonesia akan menyusul Singapura mengalami resesi di kuartal III-2020. Resesi sudah pasti terjadi dan menjadi yang pertama kalinya dalam 22 tahun terakhir, tetapi seberapa besar kontraksi ekonomi yang menjadi misteri.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan ekonomi kuartal III-2020 akan berada di kisaran minus 1% hingga 2,9%.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2020 akan dirilis pada 5 November mendatang, setelah mengalami kontraksi 5,32% di kuartal II-2020.

Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dalam proyeksi terbarunya memperkirakan perekonomian Indonesia akan minus1,5% sepanjang tahun ini. lebih baru dari proyeksi bulan Juni lalu minus 0,3%. 

"Hampir seluruh negara berkembang diperkirakan mencatat kontraksi ekonomi tahun ini. Sementara negara seperti India dan Indonesia tengah berjuang untuk membuat pandemi lebih terkendali," tulis laporan IMF.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular