Dolar AS Rontok, Rupiah Menyodok

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 October 2020 10:10
Ilustrasi Mata Uang
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun berjaya di perdagangan pasar spot.

Pada Rabu (21/101/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.658. Rupiah menguat 0,48% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Rupiah juga menghijau di 'arena' pasar spot. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.630 di mana rupiah menguat 0,14%.

Seperti halnya rupiah, mayoritas mata uang utama Asia pun terapresiasi di hadapan dolar AS. Sejauh ini hanya peso Filipina yang masih merah.

Berikut perkembangan kurs dolar AS di hadapan mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:04 WIB:

Rupiah dkk di Asia berhasil memanfaatkan tekanan yang dialami dolar AS. Pada pukul 09:22 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,11%.

Dalam sepekan terakhir, Dollar Index turun 0,45%. Sedangkan sejak akhir September (month-to-date), koreksinya mencapai nyaris 1%.

Pelemahan dolar AS disebabkan oleh semakin jelasnya kabar soal stimulus fiskal di Negeri Paman Sam. Presiden AS Donald Trump menegaskan pemerintah siap untuk menawarkan proposal stimulus yang lebih besar ketimbang penawaran sebelumnya yakni US$ 1,8 triliun. Bahkan Trump bersedia untuk memberi stimulus lebih dari US$ 2,2 triliun yang diusulkan kubu oposisi Partai Demokrat.

"Saya ingin melakukan lebih dari (usulan) Demokrat," tegas Trump dalam wawancara dengan Fox News.

Nancy Pelosi, Ketua House of Representatives (salah satu dari dua kamar yang membentuk Kongres AS), menyatakan pihaknya terus melakukan komunikasi dengan Menteri Keauangan AS Steven Mnuchin. Kesepakatan Gedung Putih dan Capitol Hill rasanya sudah semakin dekat.

Pelosi mengungkapkan bisa saja paket stimulus bakal gol pada akhir pekan ini. "Saya harap begitu, rencananya memang demikian," katanya, seperti dikutip dari Reuters.

Keberadaan stimulus bernilai triliunan dolar AS akan membuat pasokan mata uang tersebut meningkat. Akibatnya terjadi tekanan inflasi sehingga nilai riil dolar AS jadi kurang menarik.

"Jika para pengambil kebijakan akhirnya menyepakati stimulus fiskal, maka dolar AS akan melemah. Namun jika ternyata tidak ada kesepakatan, maka dolar AS bisa menguat meski hanya dalam jangka pendek," kata Kim Mundy, Currency Analyst Commonweatlh Bank of Australia yang berkedudukan di Sydney, sebagaimana diwartakan Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular