
Kacau! Semua Bursa Asia Ambruk, Ada Apa nih?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia pada perdagangan sekitar pukul 11:00 WIB kompak bergerak di zona merah, mengikuti pelemahan bursa saham acuan global, Wall Street, Senin kemarin (19/10/2020), atau tadi pagi waktu Indonesia.
Pada pukul 11:00 WIB, indeks Nikkei Jepang melemah 0,50%, Hang Seng Hong Kong turun 0,10%, Shanghai China terdepresiasi 0,13%, indeks STI Singapura merosot 0,62% dan KOSPI dari Korea Selatan anjlok 0,44%.
Adapun pada pukul 11.46 WIB, Nikkei minus 0,53%, Hang Seng turun 0,09%, dan STI turun 0,60%.
Koreksi bursa Asia ini besar kemungkinan juga terpengaruh aksi profit taking investor, mengingat sentimen ekonomi China oke.
Data pertumbuhan ekonomi, yang tercermin dari produk domestik bruto (PDB), China pada kuartal III-2020 tumbuh positif sebesar 4,9% (year-on-year/YoY).
Ekonomi China ekspansi dari kuartal sebelumnya 3,2%. Namun, menurut Reuters, ini masih lebih rendah dari konsensus pasar di mana ekonomi diprediksi tumbuh 5,2%.
"Secara umum, perekonomian nasional secara keseluruhan melanjutkan pemulihan yang stabil dan hasil yang signifikan," kata biro tersebut dikutip dari CNBC International, Senin (19/10/2020).
Adapun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan sesi I, 11.30 WIB, melemah 0,38% ke level 5.106. IHSG pada hari ini bergerak mengikuti bursa saham Asia dan bursa saham Amerika Serikat (AS).
Di kawasan Asia, agenda dan data ekonomi yang dirilis pada hari ini adalah kebijakan suku bunga kredit dasar PBoC (bank sentral China) dan indeks harga rumah di China.
People's Bank of China (PBoC) memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga kredit dasar China tenor 1 tahun dan 5 tahun pada Oktober 2020, dimana angkanya masing-masing tetap berada di angka 3,85% dan 4,65%.
Selain suku bunga kredit, China hari ini juga merilis data indeks harga rumah (house price index) pada September 2020. Tercatat, indeks harga rumah China turun 0,2 poin menjadi 4,6%, dari sebelumnya sebesar 4,8%.
Beralih ke Amerika Serikat (AS), pada perdagangan Senin (19/10/2020), bursa Wall Street ditutup melemah seiring dari kabar stimulus yang masih terdapat perbedaan pendapat di Kongres.
Dow Jones melemah 408,78 poin atau turun tajam 1,43% ke 28.197,53. Sementara S&P 500 merosot 1,63% atau 56,8 poin ke 3.427,01 dan Nasdaq Composite terperosok 1,65% ke 11.478,88.
Ketua DPR Nancy Pelosi pada Minggu bahwa ia akan terus mendorong agar stimulus tersebut bisa tercapai sebelum pemilihan presiden hingga batas akhir pengajuannya pada hari ini.
Pelosi dan Menteri Keuangan Steve Mnuchin "terus mempersempit perbedaan mereka" dalam percakapan pada Senin dan Pelosi berharap bahwa pada hari ini akan ada "kejelasan" tentang apakah stimulus dimungkinkan sebelum pemilihan presiden 3 November mendatang.
Minggu lalu, Gedung Putih telah mengajukan paket stimulus sebesar US$ 1,8 triliun, namun ini ditolak oleh Pelosi, karena dinilai terlalu rendah, ia meminta Gedung Putih untuk mengeluarkan sebesar US$ 2,2 triliun.
Sedangkan, pelaku pasar juga masih khawatir dengan kenaikan kasus virus corona (Covid-19) di Eropa dan AS.
Tercatat, jumlah kasus Covid-19 di AS pada akhir pekan lalu naik 13% hingga 393.000 kasus, tertinggi sejak musim panas, seperti yang dijelaskan oleh riset Reuters.
Pada pekan lalu, angka infeksi baru Covid-19 meningkat 16% di AS menjadi 55.000 sedangkan di Eropa naik 44%. Gelombang kedua penyebaran Covid-19 di Eropa masih menjadi kunci perhatian pasar.
Perdana Menteri Italia mengumumkan kebijakan lebih ketat untuk mencegah penyebaran virus gelombang kedua termasuk membatasi pembukaan restoran dan membatasi pengumpulan massa. Langkah ini diambil setelah ada lebih dari 11.000 kasus baru pada Minggu.
Sebelumnya, Inggris dan Prancis telah merilis kebijakan baru yang lebih ketat untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 di tengah tren kenaikan kasus infeksi baru di Benua Biru.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
