
Terima Kasih Kamerad Xi, IHSG Begitu Cerah Awal Pekan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan awal pekan Senin (19/10/20) ditutup hijau dengan meyakinkan 0,45% di level 5.126,33 setelah muncul sentimen positif rilis data pertumbuhan ekonomi China.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 358 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi menyentuh Rp 8,6 triliun.
Data BEI mencatat, 212 saham menghijau, 201 saham merah, dan sisanya 181 stagnan.
Saham yang paling banyak dilego asing hari ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan jual bersih sebesar Rp 70 miliar dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 285 miliar.
Sementara itu saham yang paling banyak dikoleksi asing hari ini adalah PT Astra Internasional Tbk (ASII) dengan beli bersih sebesar Rp 44 miliar dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan net buy sebesar Rp 63 miliar.
China baru saja mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020.
Setelah tumbuh 3,2% pada kuartal II-2020, pertumbuhan ekonomi china pada Q3 naik 4,9% sedikit di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan PDB Negeri Panda naik 5,2%.
Artinya, ekonomi negeri yang dipimpin Xi Jinping ini sudah sangat dekat dengan level sebelum pandemi.
"China menjadi negara besar pertama yang kembali ke jalur pertumbuhan ekonomi. Ini bisa terjadi berkat penanganan pandemi yang cepat serta respons stimulus yang efektif," sebut riset Capital Economics.
Ketika banyak negara berjuang keras untuk segera keluar dari resesi, tidak demikian dengan China. Kontraksi ekonomi sejauh ini cuma berlangsung pada kuartal I-2020, setelah itu tidak ada kelanjutan.
Rilis data positif dari Negeri Panda tersebut membuat bursa di kawasan Asia bergerak menghijau.
Indeks Nikkei di Jepang naik 1,11%, Hang Seng di Hong Kong naik 0,64%, sedangkan STI di Singapura naik 0,45%.
Sementara itu dari Negeri Paman Sam, stimulus fiskal di AS sepertinya tidak akan cair sebelum pilpres selesai.
Hal ini tentunya membenahi sentimen pelaku pasar yang selama ini menanti tambahan stimulus. Selain itu, pemulihan ekonomi Paman Sam juga akan melambat tanpa adanya stimulus fiskal".
Lupakan stimulus fiskal, tidak akan terwujud dalam waktu dekat. Pasar sudah berekspektasi stimulus baru bisa diterapkan pada 2021," tegas Chris Weston, Head of Research Pepperstone yang berbasis di Melbourne, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000