Orang Sabar Cuannya Lebar, Ini Prospek Saham BBRI-BRIS-AGRO

Market - Tri Putra, CNBC Indonesia
19 October 2020 14:38
BRI dan BRI Syariah Akselerasi Implementasi Qanun Lembaga Keuangan Syariah. (Dok.BRI) Foto: BRI dan BRI Syariah Akselerasi Implementasi Qanun Lembaga Keuangan Syariah. (Dok.BRI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten-emiten keluarga besar PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sudah mulai terkonsolidasi pada perdagangan hari ini, Senin (19/10/2020) setelah terbang liar selama sepekan kemarin.

Saham sang induk usaha BBRI berhasil menghijau 2,19% selama sepekan seiring dengan IHSG yang membukukan pekan yang cantik dengan kenaikan 0,34%.

Bahkan saham anak usaha BBRI yakni PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS) berhasil melesat tinggi 55% selama sepekan terakhir setelah muncul kepastian mengenai merger tiga bank umum syariah anak usaha BUMN yakni PT Bank BNI Syariah, BRIS, dan PT Bank Syariah Mandiri.

Hal ini tertuang dalam sebuah MoU atau Nota Kesepahaman [Conditional Merger Agreement] antara ketiga bank dan induk usahanya masing-masing.

BRIS ditetapkan menjadi bank survivor atau entitas yang menerima penggabungan (surviving entity) dari merger tiga bank syariah BUMN.

Sementara harga saham sister company PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO) yang memang secara historis sering mengikuti gerak saham BRIS juga ikut terapresiasi tinggi 25,58%.

Melihat terbangnya saham-saham keluarga BBRI tentu saja membuat investor bertanya-tanya bagaimana sebenarnya potensi ketiga saham ini, apakah konsolidasi harga saham keluarga bank dengan aset terbesar di Indonesia pada hari ini menjadi saat yang tepat untuk masuk?

Tren Pergerakan Saham Grup BRI

Secara valuasi untuk sang induk usaha BBRI, sebenarnya apabila menggunakan metode valuasi harga pasar dibanding laba bersihnya (price earnings ratio/PER) maupun harga pasar dibanding nilai bukunya (PBV, price to book value) maka saham BBRI tergolong mahal karena berada di atas rata-rata industri perbankan di angka masing-masing 8,8 kali dan 1,5 kali.

Meskipun demikian perlu diingat, PBV BBRI secara historis selama 3 tahun terakhir bergerak di kisaran 2,48 kali, sehingga dalam jangka panjang sebenarnya BBRI masih berpotensi membukukan upside apabila valuasinya kembali ke level sebelum diserang virus corona.

Akan tetapi perlu diingat, detail mega-merger bank syariah masih belum diumumkan.

Melihat ekuitas saham Bank Syariah Mandiri (BSM) yang terbesar di antara ketiga bank yang akan dimerger maka ada kemungkinan BSM-lah yang akan menjadi pengendali leburan bank syariah yang menurut kabar yang beredar di kalangan para pelaku pasar akan bernama Bank Amanah ini.

Hal ini tentunya dapat menjadi sentimen negatif bagi BBRI karena dengan hilangnya kendali terhadap BRIS yang sudah di lebur dapat menjadi pukulan keras kepada laporan keuangan BBRI konsolidasi.

Dengan demikian, ini berdampak terhadap harga sahamnya paling tidak dalam jangka pendek hingga menengah.

Selanjutnya saham yang sedang aktif diperdagangkan yakni BRIS yang dalam waktu dekat akan dimerger menjadi 'Bank Amanah', prospek saham ini untuk jangka panjang sebenarnya cerah.

Hal ini karena bank ini akan menjadi market leader baik dari segi aset, pembiayaan, maupun penerima dana pihak ketiga (DPK).

Meskipun begitu lagi-lagi ketidakjelasan mengenai merger yang tentunya merupakan musuh utama pasar modal masih membayangi saham ini.

Kabar yang beredar di kalangan para pelaku pasar adalah pemerintah akan menunjuk Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) yang nantinya akan melakukan valuasi harga wajar saham BRIS dan pemerintah akan melakukan tender offer di harga tersebut.

Tentunya ini bukan merupakan kabar baik bagi BRIS karena harganya sudah melesat tinggi selama setahun terakhir jauh di atas harga penawaran perdananya (IPO) di harga Rp 510/unit.

Itu sebabnya, apabila nantinya harga valuasi KJPP berada di bawah harga pasar maka ada kemungkinan harga pasar BRIS tertekan ke level harga valuasi KJPP.

Terakhir saham AGRO yang memang kemungkinan tidak diuntungkan dari merger ini akan tetapi harganya terus mengekor BRIS karena spekulasi para trader.

Secara valuasi AGRO juga sudah tergolong mahal dengan PER di angka 216 kali dan PBV di angka 2,2 kali yang berada jauh di atas rata-rata industri perbankan.

Melihat kondisi pasar saat ini yang penuh ketidakpastian yang menyebabkan ketiga saham tersebut terkonsolidasi, ada baiknya para pelaku pasar menunggu terlebih dahulu mengenai detail merger yang akan diumumkan nanti tanggal 21 Oktober 2020.

Ingat orang sabar cuan-nya lebar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Merger Bank Syariah BUMN Kuasai 57% Pasar, Bank Lain Gemeter?


(trp/trp)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading