Pabrik Baterai EV

China-Korea Buat Pabrik Baterai Rp292 T, Begini Rencana Erick

Monica Wareza, CNBC Indonesia
14 October 2020 19:15
cover topik/ Erik Tohir bersih-bersih BUMN dalam/Aristya Rahadian Krisabella
Foto: cover topik/ Erik Tohir bersih-bersih BUMN dalam/Aristya Rahadian Krisabella

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyebut dua produsen baterai electric vehicle (EV) terbesar dunia saat ini tengah berminat untuk bergabung dalam rencana hilirisasi nikel Indonesia melalui pembangunan pabrik baterai EV.

Proyek pabrik baterai kendaraan listrik ini diperkirakan akan bernilai sebesar US$ 20 miliar (Rp 296 triliun, asumsi kurs Rp 14.800/US$). Nilainya lebih besar dari perkiraan Holding BUMN Pertambangan atau MIND ID yakni sebesar US$ 12 miliar.

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan dua perusahaan tersebut adalah Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL) dari China dan LG Chem Ltd asal Korea Selatan.

Dua perusahaan ini merupakan produsen baterai EV untuk kendaraan listrik terbesar dunia.

"Ini sebuah angin segar. Usaha Indonesia yang memiliki kekayaan tambang berlimpah untuk melakukan hilirisasi industri minerba langsung mendapat respons bagus dari investor asing," kata Erick dalam siaran persnya, Rabu (14/10/2020).

"Ini bukti bahwa kebijakan Indonesia sudah tepat. Dengan kehadiran investasi luar negeri untuk menunjang program nasional di industri ini, maka saya yakin aspek keberlanjutan akan terus berkembang dan kita semakin kuat dalam daya saing untuk mendukung ketahanan energi bagi Indonesia."

Sebagai catatan, situs resmi mencatat, Contemporary Amperex Technology adalah produsen baterai dari China dan perusahaan teknologi yang didirikan pada 2011 yang fokus membuat baterai lithium-ion untuk kendaraan listrik dan sistem penyimpanan energi, serta sistem manajemen baterai. Sahamnya tercatat di Bursa Efek Shenzhen.

Sementara LG Chemical, adalah pabrikan kimia Korea terbesar dan berkantor pusat di Seoul. Perusahaan pertama kali didirikan sebagai Lucky Chemical Industrial Corporation, yang memproduksi kosmetik. Saat ini perusahaan tercatat di Bursa Korea.

Erick mengatakan Indonesia selama ini dikenal sebagai produsen dan eksportir nikel, bahan baku utama baterai EV, terbesar dunia yang menguasai 27% kebutuhan pasar global.

Dengan demikian, kebijakan Kementerian BUMN untuk melakukan inovasi model bisnis dalam industri ini, dan meningkatkan value chain nikel Nusantara yang berlimpah bertujuan untuk memanfaatkan keuntungan sekaligus membangun industri baterai lithium di dalam negeri.

Potensi nikel di dalam negeri, terutama yang dikelola BUMN makin baik setelah selesainya transaksi pembelian 20% saham divestasi PT Vale Indonesia Tbk (INCO) oleh Holding BUMN Industri Minerba, Mining Industri Indonesia (MIND ID).

MIND ID atau PT Inalum akan memiliki akses strategis untuk mengamankan pasokan bahan baku untuk industri hilir nikel Indonesia. Baik untuk hilirisasi industri nikel menjadi stainless steel, maupun menjadi baterai kendaraan listrik.

Sebelumnya MIND ID menyebutkan perusahaan melalui PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) bakal membentuk Holding Indonesia Battery.

Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak mengatakan pembangunan pabrik baterai akan dipimpin oleh Inalum melalui ANTM, bersama dengan PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero). Ketiga perusahaan ini nantinya menjadi bagian dari perusahaan Holding Indonesia Battery ini.

Saat ini pihaknya tengah menyusun pembentukan perusahaan Holding PT Indonesia Battery tersebut.

"Di hulu ada Antam, yang intermediate ada Pertamina, hilir ada PLN. Sekarang lagi diproses. Itu nanti ada Indonesia Battery, itu holding company yang terlibat dalam pembuatan baterai dari hulu ke hilir," jelasnya.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 3 BUMN Keroyokan Bikin Baterai Mobil Listrik, Kapan Dimulai?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular